Jakarta, VIVA – Di tengah berlanjutnya ketidakpastian yang masih tinggi, Bank Indonesia (BI), merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi global dari 3 persen menjadi 3,1 persen.
Gubernur BI, Perry Warijoyo, mengatakan perekonomian dunia masih dalam tren melambat akibat dampak tarif Amerika Serikat (AS). Pada 1 Oktober 2024, AS kembali mengenakan tambahan tarif kepada sektor farmasi, mebel, dan otomotif serta mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap produk asal Tiongkok.
"Perkembangan ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia 2025 yang diprakirakan sebesar 3,1 persen sedikit di atas prakiraan sebelumnya 3,0 persen," kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2025 yang diselenggarakan secara daring pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Perry menjelaskan AS, sebagai salah satu negara dengan ekonomi terkuat, pertumbuhan ekonominya masih lemah. Hal ini mendorong berlanjutnya penurunan kondisi ketenagakerjaan.
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Photo :
- freepik.com/freepik
Ekonomi Jepang, Eropa, dan India belum kuat dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga di tengah stimulus fiskal moneter yang telah dilakukan. Sementara itu, perekonomian Tiongkok pada triwulan III 2025 meningkat didorong oleh stimulus fiskal.
Perry menyinggung berbagai indikator menunjukkan kebijakan tarif AS memperlemah kinerja perdagangan global. Ini tercermin dari melambatnya ekspor dan impor di sebagian besar negara.
Kondisi beberapa negara yang kerap menjadi indikator pertumbuhan ekonomi global berbanding terbalik dengan Indonesia. Perry memaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan perlu terus didorong agar sesuai dengan kapasitas perekonomian.
"Perkembangan terkini menunjukkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2025 ditopang oleh kenaikan ekspor sebagai antisipasi terhadap pengenaan tarif resiprokal AS, terutama terjadi pada komoditas minyak kelapa sawit (CPO) dan besi baja," tutur Perry.
Kelakar Dedi Mulyadi soal Dana Mengendap Rp 4,1 Triliun: Kalau Ada di BI Lumayan, Saya Bisa Narik
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memastikan uang kas daerah yang tersimpan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat di bank Jawa Barat hanya sebesar Rp 2,6 triliun.
VIVA.co.id
22 Oktober 2025

2 hours ago
2









