Lombok, VIVA – Pengurus yayasan yang menghimpun donasi kemanusiaan di Lombok, Nusa Tenggara Barat diduga membawa kabur uang donasi bantuan. Donasi bantuan itu seharusnya digunakan untuk operasi pemisahan bayi kembar siam.
Pengurus yayasan yang berkantor di Mataram diduga membawa kabur uang donasi ratusan juta rupiah itu.
Bayi kembar malang itu adalah Annaya Rizka Ramadhani dan Innaya Rizka Ramadhani. Keduanya merupakan putri dari pasangan Husniati dan Muhammad Jupri asal Dusun Lendang Atas Desa Jurit, Pringgasela, Lombok Timur.
Mereka menjalani operasi pada awal 2022 atas kerjasama Pemda Lombok Timur dan RS Dr. Soetomo Surabaya dengan ditangani 50 dokter.
Biaya ditanggung oleh Pemda Lombok Timur. Operasi berhasil dilakukan dengan memisahkan kedua bayi tersebut.
Ilustrasi borgol untuk pelaku kejahatan.
Namun, jauh sebelum operasi dilakukan seorang pria dari yayasan datang meminta izin untuk menggalang donasi melalui Kitabisa.
Ibu dari dua bayi kembar tersebut, Husniati menceritakan donasi yang terkumpul dari Kitabisa sebanyak Rp 601.430.381.
Namun, pengurus dari yayasan berinisial FH hanya menyalurkan bantuan bertahap dengan total Rp130 juta dari Rp600an juta yang terkumpul.
"Sekarang kondisi anak saya keluar benang di perutnya sisa dari operasi dulu. Kata dokter itu butuh operasi lanjutan," ujar Husniati, Senin, 3 Februari 2025.
"Tapi sampai sekarang dana yang berasal dari donasi hanya Rp130 juta yang diberikan," lanjut Husniati.
Dari pihak keluarga sudah mencoba menghubungi FH berkali-kali. Pernah suatu hari, FH datang ke rumah mereka. Kedatangan FH untuk minta maaf dan berdalih dana sisa donasi tersebut digunakan membangun pondok pesantren.
"Dia pernah datang ke rumah dan meminta maaf mengaku dana donasi sudah digunakan membangun pondok pesantren," ujarnya.
Kepada keluarga, FH berjanji akan menyerahkan sisa donasi setelah menjual mobilnya.
"Dia katanya mau jual mobilnya. Tapi, sampai sekarang enggak ada kabar," katanya.
Pihak keluarga juga sudah mencari FH ke kantor Yayasan yang berlokasi di Gomong, Mataram. Namun, kantor yayasan yang berada di deretan ruko tersebut tampak tutup.
"Kita tanya orang-orang di sana, ternyata FH ini banyak dicari orang," ujarnya.
Pun, VIVA sudah coba konfirmasi FH melalui telepon seluler. Namun, nomor telepon selulernya kini tidak aktif lagi.
Nomor kontak yayasan itu juga sudah dihubungi berdasarkan media sosial. Tapi, nomor yang tertera di media sosial, ternyata milik orang lain yang tidak tahu menahu soal yayasan.
"Allohua'lam bisshowab... yg jelas ini no kontak pribadi dan sy tdk prnh brgerak diyayasan yang dimaksud," kata seorang yang ngaku nomornya dicatut pihak yayasan tanpa persetujuan dirinya.
"Dengan segala hormat, no ini tdk prnh sy gunakan utk yayasan tersebut. Sy jg sngat brterima kasih krn sdh mmberi informasi," kata pria tersebut.
Halaman Selanjutnya
Namun, pengurus dari yayasan berinisial FH hanya menyalurkan bantuan bertahap dengan total Rp130 juta dari Rp600an juta yang terkumpul.