Jakarta, VIVA – Tekanan terhadap pasar kripto kembali menguat seiring reli besar Bitcoin sudah mencapai puncaknya. Peringatan ini melihat koreksi tajam Bitcoin dari level puncaknya di US$126.000 ke sekitar US$104.000 yang menjadi sinyal awal dari fase bearish yang lebih panjang.
Peringatan ini disampaikan oleh analis Elliott Wave sekaligus Chief Investment Officer (CIO) Ledn, Jon Glover. Ia dikenal akurat dalam membaca siklus Bitcoin menegaskan bahwa pola harga saat ini menunjukkan tanda-tanda klasik berakhirnya bull run.
Ia menilai bahwa struktur lima gelombang bullish Elliott Wave telah selesai. Biasanya menandai puncak dari sebuah siklus utama.
Kata Glover, Bitcoin gagal mempertahankan area kunci US$125.000 yang seharusnya menjadi titik konfirmasi kelanjutan tren naik. Ketidakmampuan menembus dan bertahan di zona tersebut dianggap sebagai bukti bahwa energi bullish sudah terkuras.
Bitcoin, Ethereum, dan aset kripto lainnya.
"Bull run Bitcoin sudah selesai,” ujar Glover dikutip dari Indodax pada Selasa, 25 November 2025.
Dengan kondisi tersebut, Glover memproyeksikan peluang Bitcoin merosot ke kisaran US$70.000 hingga US$80.000 sebagai skenario paling realistis dalam jangka menengah. Jika dikonversi dengan kurs saat ini Rp 16.662 per dolar AS maka harga Bitcoin Rp1,1 miliar hingga Rp 1,3 miliar per keping.
Harga tersebut setengah harga dari level tertinggi Bitcoin yang dicetak pada awal Oktober 2025, yakni US$126.000 atau Rp 2,09 miliar per koin.
Beberapa alasan utama, jelas Glover, yang memperkuat potensi koreksi lanjutan adalah tekanan jual yang terus meningkat setelah Bitcoin gagal breakout dari area US$125.000. Kemudian Pola harga juga menunjukkan kemiripan dengan fase awal siklus bearish pasca-halving sebelumnya.
Di sisi lain, sentimen pelaku pasar mulai beralih ke posisi defensif, menandai perubahan arah yang cukup signifikan. Indikasi bearish juga terlihat dari data opsional Bitcoin di platform Amberdata.
Harga put option atau instrumen lindung risiko atas potensi penurunan terpantau lebih mahal dibandingkan call option hingga bulan September 2026. Kondisi ini menunjukkan pasar kini lebih banyak mengantisipasi skenario penurunan jangka panjang daripada reli lanjutan.
Glover juga menyinggung pola historis Bitcoin yang menunjukkan kecenderungan memasuki fase bear market sekitar 18 bulan setelah halving. Halving terakhir terjadi pada April 2024, yang berarti periode distribusi sangat mungkin dimulai pada akhir 2025. Perhitungan waktu ini dinilai selaras dengan pergerakan harga yang terjadi saat ini.
Halaman Selanjutnya
Jika pola siklus sebelumnya terulang, Bitcoin berpotensi memasuki fase koreksi yang lebih panjang sebelum membangun momentum baru untuk tren berikutnya. Meski peluang retest ke rekor tertinggi masih terbuka, Glover menilai tren utama telah resmi berbalik turun dan pasar harus bersiap menghadapi periode tekanan yang tidak singkat.

2 hours ago
1









