Jakarta, VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyoroti tingginya curah hujan di sejumah wilayah yang diprediksi terjadi pada Juni-Juli 2025. Cuaca ekstrem ini dikhawatirkan dapat mengganggu produktivitas petani hingga berdampak pada hasil pertanian.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini menyebut, laporan BMKG telah memperkirakan bahwa curah hujan akan terjadi di sebagian wilayah Indonesia, pada level tinggi hingga sangat tinggi dalam rentang waktu 2 bulan ke depan. BPS pun berpendapat bahwa kondisi ini cukup berisiko bagi keberlangsungan budidaya tanaman pangan, khususnya komoditas padi yang sangat rentan terpengaruh pada kondisi iklim dan cuaca.
"Sejumlah wilayah dengan prediksi curah hujan yang tinggi harus terus diwaspadai, meskipun secara umum curah hujan hingga Juli 2025 berada dalam kategori rendah hingga menengah dan mendukung budidaya pertanian," kata Pudji dalam konferensi pers, Senin, 2 Juni 2025.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, Senin, 2 Juni 2025
Photo :
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Salah satu hal yang menjadi perhatian BPS menurut Pudji adalah soal potensi dan dampak dari kondisi cuaca ekstrem tersebut. Dimana hal itu bisa memperparah fluktuasi luas panen, setelah sebelumnya anjlok 3,22 persen secara year-on-year (yoy) pada April 2025 dari 1,71 juta hektare (ha) menjadi 1,65 juta (ha).
"Penurunan ini menjadi sinyal bahwa tekanan terhadap sektor pertanian belum mereda," ujarnya.
Pudji menambahkan, penurunan serupa juga terjadi pada proporsi lahan pertanian yang berada pada fase pertumbuhan tanaman padi (standing crop), menyusul panen masif pada Maret dan April 2025 lalu.
Sehingga, lanjut Pudji, produktivitas pertanian nasional ke depannya memang masih akan sangat bergantung pada kelancaran fase tanam baru, yang berpotensi terganggu oleh curah hujan ekstrem tersebut.
"Jadi gangguan iklim seperti ini harus bisa tertangani, sehingga produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan petani tidak terdampak. Terutama bagi para petani di sektor tanaman pangan, sebagai komoditas yang paling rentan terhadap faktor perubahan cuaca," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Sehingga, lanjut Pudji, produktivitas pertanian nasional ke depannya memang masih akan sangat bergantung pada kelancaran fase tanam baru, yang berpotensi terganggu oleh curah hujan ekstrem tersebut.