Nusa Tenggara Barat, VIVA – Kesehatan ibu dan bayi baru lahir merupakan fondasi utama dalam menciptakan generasi masa depan yang sehat, kuat, dan produktif. Masa kehamilan, persalinan, dan periode neonatal (28 hari pertama kehidupan) adalah fase kritis yang menentukan kelangsungan hidup serta kualitas hidup seorang anak.
Oleh sebab itu, peningkatan kualitas layanan kesehatan untuk ibu dan bayi baru lahir menjadi prioritas mendesak yang harus diwujudkan melalui kolaborasi semua pihak. Scroll lebih lanjut ya.
Berdasarkan data dari berbagai lembaga kesehatan global, sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir sebenarnya dapat dicegah melalui intervensi medis yang tepat waktu dan berkualitas. Faktor-faktor seperti keterlambatan dalam mendapatkan pelayanan, kurangnya tenaga kesehatan terampil, hingga minimnya fasilitas medis yang memadai menjadi penyebab utama tingginya angka kematian maternal dan neonatal di banyak wilayah, termasuk di Indonesia.
Peningkatan kualitas layanan kesehatan pada tahap ini berdampak jangka panjang. Anak yang lahir sehat memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh menjadi individu produktif yang berkontribusi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi. Begitu pula ibu yang sehat setelah melahirkan, dapat terus menjalankan perannya dalam keluarga dan masyarakat.
Di Indonesia, meski terjadi kemajuan, angka kematian ibu dan bayi baru lahir masih tergolong tinggi dibandingkan dengan target global. Menurut laporan, angka kematian ibu di Indonesia masih mencapai sekitar 177 per 100 ribu kelahiran hidup, dan di beberapa daerah seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), angka ini bahkan lebih tinggi, yakni mencapai 257 per 100 ribu kelahiran.
Tingginya angka tersebut menunjukkan adanya kesenjangan dalam kualitas pelayanan kesehatan, terutama di wilayah-wilayah terpencil dan tertinggal. Oleh sebab itu, diperlukan program-program konkret yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, memperbaiki akses layanan, serta memperkenalkan teknologi inovatif dalam praktik klinis.
Menjawab tantangan ini, MSD melalui inisiatif globalnya, MSD for Mothers, bersama dengan Yayasan Project HOPE (YPH) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, meluncurkan Program SAFE HANDS di NTB. Program ini dirancang untuk memperkuat layanan Dasar Penanganan Obstetri Darurat dan Perawatan Bayi Baru Lahir (BEmONC) dengan sasaran utama meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan seperti bidan, perawat, dan dokter.
Ilustrasi Bayi Baru Lahir
Photo :
- VIVA.co.id/Natania Longdong
“Pemerintah Provinsi NTB menyambut baik kerja sama antara YPH, MSD for Mothers, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, karena isu ibu dan anak yang mengalami masalah saat kelahirannya patut menjadi perhatian kita semua. Angka kematian ibu hamil dan anak di NTB, lebih tinggi dari rata-rata nasional, menunjukkan bahwa ini adalah masalah serius yang perlu kita tangani bersama," kata Hj. Sinta M. Iqbal, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi NTB.
Program SAFE HANDS memberikan solusi inovatif dengan memperkenalkan Aplikasi Safe Delivery, yang berisi modul klinis penting, video instruksional, dan panduan langkah demi langkah untuk meningkatkan keterampilan penanganan kasus obstetri dan neonatal. Dengan target menjangkau lebih dari 3.850 tenaga kesehatan dalam tiga tahun, program ini diharapkan memberikan perubahan besar di NTB.
“Peluncuran Program SAFE HANDS di NTB menjadi wujud nyata kontribusi MSD dalam mendukung penguatan SDM kesehatan, sebagai bagian dari upaya membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh di Indonesia," ujar George Stylianou, Managing Director MSD Indonesia.
“SAFE HANDS bukan sekadar program. Ia adalah wujud nyata dari harapan—bahwa setiap ibu berhak melahirkan dengan aman, dan setiap bayi berhak menyambut dunia dengan selamat," tutup Hana Hutabarat dari Yayasan Project HOPE Indonesia.
Program SAFE HANDS mencerminkan prinsip dasar dalam pembangunan sistem kesehatan maternal dan neonatal: bahwa keberhasilan suatu bangsa dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi bukan hanya bergantung pada ketersediaan layanan kesehatan, tetapi pada kualitas layanan tersebut. Dengan memperkuat kompetensi tenaga medis, menggunakan inovasi berbasis digital, dan mendorong pendekatan kolaboratif lintas sektor, maka harapan untuk melihat lebih sedikit ibu dan bayi yang kehilangan nyawa akibat penyebab yang dapat dicegah bukan lagi mimpi.
MSD for Mothers, yang telah berkiprah sejak 2011, terus memperluas jangkauannya di seluruh dunia, bekerja sama dengan 196 penerima hibah dan mendukung 275 program di lebih dari 70 lokasi global, termasuk di Asia-Pasifik.
Halaman Selanjutnya
“Pemerintah Provinsi NTB menyambut baik kerja sama antara YPH, MSD for Mothers, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, karena isu ibu dan anak yang mengalami masalah saat kelahirannya patut menjadi perhatian kita semua. Angka kematian ibu hamil dan anak di NTB, lebih tinggi dari rata-rata nasional, menunjukkan bahwa ini adalah masalah serius yang perlu kita tangani bersama," kata Hj. Sinta M. Iqbal, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi NTB.