Ketakutan pada Hujan Jadi Trauma Utama Penyintas Banjir Bandang di Bener Meriah Aceh

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Ketakutan terhadap hujan menjadi keluhan yang paling sering disampaikan penyintas bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Sebab, bencana terjadi akibat curah hujan yang tinggi.

"Hampir seluruh penyintas yang kami temui mengaku takut saat hujan turun," kata Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Bener Meriah, Insan Sarami Artanoga, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Senin, 22 Desember 2025.

Insan juga menyampaikan bahwa ada peningkatan keluhan kecemasan dan trauma psikologis yang dialami penyintas bencana banjir bandang di kabupaten tersebut.

Merespons kondisi ini, dia menginisiasi program Mobile Clinic untuk memperkuat layanan kesehatan jiwa. Layanan ini dapat menjangkau langsung lokasi pengungsian warga terdampak.

"Korban bencana ini banyak yang mengalami cedera psikologis, terutama rasa takut dan cemas. Karena itu kami berinisiatif membentuk mobile clinic untuk menjangkau langsung posko-posko pengungsian," ujar Insan.

Sejak mulai beroperasi pada 1 Desember 2025, Mobile Clinic didukung tenaga medis lintas disiplin. Selain memberikan layanan kesehatan umum, tim secara khusus memfokuskan pendampingan pada pemulihan kondisi psikologis masyarakat terdampak.

Pendekatan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kelompok usia. Anak-anak mendapatkan terapi bermain seperti mewarnai, bermain bola, dan permainan sederhana lainnya, sementara orang dewasa didampingi melalui psikoterapi suportif dan teknik relaksasi untuk menurunkan tingkat kecemasan.

"Melalui pendampingan ini, kami berharap kecemasan tersebut tidak berkembang menjadi trauma jangka panjang," kata Insan.

Tantangan Pelaksanaan Mobile Clinic

Di lapangan, pelaksanaan Mobile Clinic menghadapi sejumlah tantangan, terutama keterbatasan akses menuju lokasi pengungsian. Beberapa posko hanya dapat dijangkau melalui medan yang sulit, termasuk harus menyeberangi sungai.

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan jiwa juga menjadi tantangan tersendiri. Saat ini, dokter spesialis kesehatan jiwa di Kabupaten Bener Meriah masih terbatas, sehingga pelayanan harus dilakukan secara bergiliran dan terjadwal.

Meski demikian, tim Mobile Clinic tetap berkomitmen hadir mendampingi masyarakat terdampak dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia agar layanan kesehatan jiwa dapat terus menjangkau para penyintas bencana di Kabupaten Bener Meriah.

Situasi di Agam Sumbar

Sementara di Agam, Sumatera Barat, para penyintas banjir juga tengah berjuang dengan keadaan yang belum sepenuhnya pulih.

Ruang-ruang kelas SD Negeri 05 Kayu Pasak, Kecamatan Palembayan, untuk sementara beralih fungsi menjadi tempat pengungsian bagi warga terdampak bencana. Sebanyak 87 kepala keluarga mengungsi di lokasi tersebut.

Banjir dan longsor berdampak pada tiga kampung di wilayah Palembayan dengan total sekitar 300 kepala keluarga terdampak. Bencana ini juga meninggalkan duka mendalam dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 180 orang, menjadikannya sebagai wilayah dengan korban jiwa terbanyak di Kabupaten Agam.

Sejak ditetapkannya masa tanggap darurat pada 23 November 2025, upaya pemulihan terus dilakukan, termasuk pemenuhan layanan kesehatan bagi masyarakat terdampak. Di posko pengungsian SD Negeri 05 Kayu Pasak, tenaga kesehatan dari Puskesmas Koto Alam bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Agam secara rutin memberikan pelayanan dan pemantauan kondisi warga guna memastikan kebutuhan kesehatan dasar tetap terpenuhi.

Cegah Penyakit di Pengungsian

Selain pelayanan medis, edukasi kesehatan menjadi bagian penting dari upaya pencegahan penyakit di pengungsian.

Tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Agam bersama Puskesmas Koto Alam memberikan penyuluhan terkait kebersihan lingkungan dan keamanan pangan kepada para pengungsi.

“Kalau bapak ibu menerima bantuan makanan, diusahakan dicek dulu makanannya. Jangan sampai mengonsumsi makanan berbau atau tidak layak, supaya tidak ada kasus keracunan makanan,” ujar Rachmi Oktaverina, petugas P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Agam.

Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kerapian dan kebersihan di area pengungsian guna mencegah berkembangnya jentik nyamuk penyebab demam berdarah.

Dalam kesempatan yang sama, tim Puskesmas Koto Alam menegaskan layanan kesehatan tetap dibuka setiap hari bagi warga terdampak.

“Di puskesmas kami, kita membuka pelayanan tiap hari. Jadi kalau bapak ibu merasa badannya kurang enak, bisa langsung diperiksakan ke kami,” jelas Rachmi.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, dr. Hendri Rusdiani, M.Kes, menyampaikan bahwa kondisi kesehatan masyarakat secara umum mulai menunjukkan perbaikan. Proses pemulihan terus berlangsung meski membutuhkan waktu dan pendampingan berkelanjutan.

“Kondisi masyarakat sudah mulai membaik. Mereka mulai bisa menerima keadaan dan perlahan bangkit, meskipun belum sepenuhnya,” ujar Hendri.

Ia menjelaskan, pada dua hari pertama pascabencana, sebanyak 93 pasien dengan luka berat telah dirujuk dan ditangani di RSUD Lubuk Basung. Sementara warga dengan luka ringan ditangani di puskesmas sekitar lokasi bencana dengan dukungan relawan medis.

“Alhamdulillah, seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Agam tidak terdampak secara langsung oleh bencana. Puskesmas dan rumah sakit tetap beroperasi normal dan terus memberikan pelayanan kepada masyarakat,” tambahnya.

Masa tanggap darurat berakhir pada 22 Desember 2025. Untuk itu, Hendri berharap kondisi kesehatan dan kehidupan masyarakat terus membaik. Ia juga mengapresiasi masih banyaknya relawan yang datang untuk membangun posko dan membantu para korban bencana. Kehadiran mereka menjadi penguat bahwa masyarakat Agam tidak berjalan sendiri dalam proses pemulihan.

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |