Jakarta, VIVA – Emiten produsen sepatu, PT Sepatu Bata Tbk (BATA), mengumumkan pengunduran diri Presiden Komisarisnya yakni Rajeev Gopalakrishnan.
Melalui Keterbukaan Informasi BEI, Manajemen BATA menyampaikan bahwa surat pengunduran diri Rajeev juga telah diterima pihak manajemen sejak Rabu, 25 Juni 2025 kemarin.
"Perseroan telah menerima surat pengunduran diri Bapak Rajeev Gopalakrishnan selaku Presiden Komisaris Perseroan pada Rabu, 25 Juni 2025," kata Manajemen BATA dalam keterangannya, dikutip Kamis, 26 Juni 2025.
Pengunduran diri Rajeev akan mulai berlaku efektif per 25 Juli 2025. Meski demikian, Manajemen BATA menjelaskan bahwa permohonan pengunduran diri ini baru akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Hal itu sebagaimana telah diatur dalam Pasal 19.9 Anggaran Dasar Perseroan dan Pasal 8 ayat (3) POJK No. 33/2014. Meski demikian, pihak Manajemen BATA belum mengungkap kapan RUPS tersebut akan diselenggarakan.
Sebagai informasi, kinerja keuangan BATA mengalami penurunan sejak beberapa tahun lalu. Tercatat, per 30 September 2024 perseroan telah mengalami penyusutan aset sebesar 21,7 persen dibandingkan dengan periode Desember 2023.
Di mana, saat ini BATA tercatat memiliki aset senilai Rp 458 miliar, dengan liabilitas alias utang sebesar Rp 456 miliar. Hal itu ditambah pembukuan rugi sebesar Rp 129 miliar per September 2024.
Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX)
Photo :
- vivanews/Andry Daud
Selain itu, BEI juga telah mengenakan sanksi kepada Manajemen BATA, karena belum menyampaikan laporan keuangan interim per 31 Maret 2025. Padahal, pihak BEI sebelumnya telah melayangkan peringatan tertulis pada Jumat, 30 Mei 2025 terkait hal tersebut.
Sanksi dari pihak BEI itu yakni berupa Surat Peringatan (SP) II, dan denda sebesar Rp 50 juta kepada Manajemen BATA. Dimana, sanksi serupa juga telah dijatuhkan pihak BEI kepada 82 perusahaan lain, yang juga belum menyampaikan laporan keuangan interimnya.
Halaman Selanjutnya
Di mana, saat ini BATA tercatat memiliki aset senilai Rp 458 miliar, dengan liabilitas alias utang sebesar Rp 456 miliar. Hal itu ditambah pembukuan rugi sebesar Rp 129 miliar per September 2024.