Kutai Kartanegara, VIVA – Tidak ada kerja keras yang sia-sia—kalimat ini mungkin paling tepat untuk menggambarkan perjalanan penuh perjuangan dari SMPN 7 Muara Kaman, sebuah sekolah menengah pertama yang terletak jauh di pedalaman Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dalam keterbatasan akses, sarana, dan lokasi yang sulit dijangkau, sekolah ini justru berhasil menorehkan prestasi membanggakan di tingkat internasional.
Pada 5 Juni 2025, SMPN 7 Muara Kaman resmi dinobatkan sebagai Google Reference School—sebuah pengakuan bergengsi dari Google yang hanya diberikan kepada institusi pendidikan yang mampu mengintegrasikan teknologi secara menyeluruh dalam proses belajar mengajar. Lebih dari sekadar pencapaian, pengakuan ini adalah simbol bahwa sekolah negeri di daerah pelosok pun mampu berdiri sejajar dengan sekolah-sekolah unggulan global yang telah terlebih dahulu menyandang status serupa.
Sebuah Hadiah Tak Terduga: Haru dan Bangga Menjadi Sekolah Negeri Pertama yang Diakui Google
Salah satu guru SMPN 7 Muara Kaman, Suwito, mengaku tidak mampu menyembunyikan rasa haru dan bangga saat menerima kabar tersebut melalui email resmi dari Google. Emosinya meluap hingga meneteskan air mata. Bagaimana tidak, sekolah kecil yang dahulu tak banyak dikenal ini kini diakui dunia sebagai pionir dalam transformasi digital pendidikan tingkat SMP negeri di Indonesia.
“Tak bisa berkata-kata. Ini adalah kado terindah bagi kami. Kami yang berada jauh di pedalaman dengan segala keterbatasan, akhirnya diakui dunia,” ujar Suwito.
Dari Ketertinggalan Menjadi Keteladanan: Perjuangan Tak Kenal Lelah
Perjalanan SMPN 7 Muara Kaman menuju predikat Google Reference School tidak diraih dalam waktu singkat. Sekolah ini terletak sekitar 3–4 jam perjalanan dari ibu kota kabupaten, dan kondisi jalan yang berlumpur saat hujan membuat perjalanan bisa lebih lama. Karena sulitnya akses, banyak guru memilih tinggal di sekolah selama seminggu dan hanya pulang saat akhir pekan. Bahkan, minimnya sarana transportasi menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi.
Namun, segala hambatan tersebut tidak menyurutkan semangat para guru dan siswa. Pada 2021–2022, para pendidik di SMPN 7 Muara Kaman mulai diperkenalkan dengan sertifikasi Google Level 1. Sepuluh guru mengikuti pelatihan intensif selama tiga hari. Meskipun semua peserta gagal pada percobaan pertama, semangat pantang menyerah justru semakin menggelora.
Didukung oleh Dinas Pendidikan setempat, mereka mengikuti pelatihan ulang, memperdalam pemahaman terhadap fitur-fitur Google Workspace, dan akhirnya berhasil lulus. Hal ini menjadi titik balik: semangat inovasi mulai ditanamkan dan tumbuh subur.
Membangun Sistem Belajar Tanpa Kertas: Kolaborasi Teknologi dan Alam
Pada tahun 2023, para guru melangkah lebih jauh dengan mengikuti sertifikasi Level 2 dan menerapkan sistem pembelajaran paperless—menghapus penggunaan buku, pulpen, dan pensil, dan menggantikannya dengan Chromebook dan Google Workspace. Proses belajar menjadi sepenuhnya digital. Bahkan, mereka mulai aktif berbagi pengalaman dengan sekolah-sekolah lain tentang transformasi digital yang sedang mereka jalani.
Puncaknya, beberapa guru mengikuti Trainer Skill Assessment dan satu orang berhasil meraih gelar Google Certified Trainer. Pada tahun yang sama, sekolah ini resmi menyandang status Kandidat Google Reference School. Setelah dua tahun evaluasi, Google akhirnya menetapkan SMPN 7 Muara Kaman sebagai Google Reference School karena dinilai berhasil memenuhi seluruh kriteria internasional.
Menariknya, inovasi pembelajaran digital di sekolah ini tetap mempertahankan nuansa lokal. Suwito menyebutkan, pendekatan mereka memadukan unsur alam dan teknologi. Para siswa diajak belajar di bawah pohon, menggunakan objek di sekitar seperti kelapa sawit sebagai bahan kajian, dan menggunakan Google Search untuk menemukan data relevan, lalu menyusun dan mempresentasikan hasilnya secara digital.
Mesin pencari Google atau Google Search.
Dampak Positif yang Mengubah Wajah Pendidikan di Pelosok Kalimantan
Sebelum transformasi digital dilakukan, tantangan utama para guru adalah membangun kesadaran pentingnya sekolah di tengah budaya lokal yang masih mengutamakan anak-anak membantu pekerjaan orangtua. Namun, sejak teknologi diperkenalkan, motivasi siswa meningkat drastis. Para guru lebih mudah menyampaikan pada orangtua bahwa anak-anak mereka kini belajar dengan cara yang lebih modern, interaktif, dan informatif.
Suwito mengatakan bahwa siswa kini lebih antusias, bahkan dengan sukarela menjelaskan materi pelajaran kepada orangtuanya di rumah. Presentasi di hadapan orangtua pun menjadi hal rutin, memperkuat keterlibatan keluarga dalam pendidikan.
“Dulu kami kesulitan menyuruh anak datang ke sekolah. Sekarang, mereka tidak hanya rajin, tapi haus informasi. Saat guru menjelaskan, mereka langsung mencari tahu topik tersebut di Google dan memperdalamnya,” ujar Suwito.
Dari 60 Menjadi 134 Siswa: Bukti Nyata Perubahan
Setelah menjadi Kandidat Google Reference School, jumlah siswa di SMPN 7 Muara Kaman melonjak dua kali lipat, dari hanya 60 siswa menjadi 134. Ini menjadi bukti nyata bahwa pengakuan terhadap kualitas pendidikan digital yang mereka jalankan telah menarik perhatian masyarakat luas.
Suwito menyampaikan harapannya agar sekolah ini bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain di seluruh Indonesia. “Dulu kami bukan siapa-siapa. Kini, orang menoleh ke kami. Kami ingin membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berprestasi,” tegasnya.
Menjadi Teladan dalam Dunia Pendidikan Digital
Kisah SMPN 7 Muara Kaman adalah bukti bahwa lokasi bukan penghalang kemajuan. Sekolah kecil di pelosok Kalimantan ini kini menjadi simbol dari pendidikan transformatif berbasis teknologi. Predikat Google Reference School hanyalah awal dari perjalanan panjang yang lebih besar: mencetak generasi cerdas yang siap bersaing di era digital.
Langkah berikutnya, seperti yang dikatakan Suwito, adalah membimbing siswa bukan hanya untuk rajin sekolah, tetapi juga untuk meraih prestasi yang membanggakan, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Halaman Selanjutnya
Namun, segala hambatan tersebut tidak menyurutkan semangat para guru dan siswa. Pada 2021–2022, para pendidik di SMPN 7 Muara Kaman mulai diperkenalkan dengan sertifikasi Google Level 1. Sepuluh guru mengikuti pelatihan intensif selama tiga hari. Meskipun semua peserta gagal pada percobaan pertama, semangat pantang menyerah justru semakin menggelora.