Membangun Persaudaraan dan Merawat Bumi Lewat Harmony Camp 2025

14 hours ago 2

Jakarta, VIVA – Majelis Hukama Muslimin (MHM) resmi mengumumkan peserta yang terpilih untuk mengikuti Harmony Camp 2025, sebuah program intensif yang memadukan dialog lintas iman dan kepedulian terhadap lingkungan. Dari hampir 100 pelamar, sebanyak 40 peserta terbaik dari berbagai daerah di Pulau Jawa dipilih untuk mengikuti kegiatan yang akan berlangsung di Bandung pada 24-27 Februari 2025.

Peserta yang terpilih berasal dari beragam latar belakang keagamaan, termasuk Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan Penghayat Kepercayaan. Program ini bertujuan untuk memperkuat persaudaraan antarumat beragama, membangun dialog lintas iman, serta menggalang aksi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Harmony Camp merupakan program yang diinisiasi oleh Majelis Hukama Muslimin (MHM) dengan menggandeng Eco Learning Camp-Bandung, Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional (PPI Unnas), Greenfaith Indonesia, dan Jaringan Gusdurian. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Persaudaraan Manusia Sedunia yang diperingati setiap 4 Februari.

Direktur MHM cabang Indonesia, Muchlis M Hanafi, dalam sambutannya saat pertemuan awal peserta Harmony Camp pada 21 Februari 2025, menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk memperkuat sinergi dan komunikasi antarumat beragama, serta menanamkan kesadaran akan pentingnya merawat lingkungan bersama-sama.

"Harmony Camp bukan hanya sekadar tempat belajar dan berdiskusi, tetapi juga ruang untuk membangun persaudaraan di tengah keberagaman, serta menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan yang menjadi rumah bersama kita," ujar Muchlis dalam keterangan tertulis, Jumat 21 Februari 2025.

Pertemuan awal ini digelar secara hybrid, dengan peserta yang hadir secara daring dan narasumber yang berkumpul di kantor MHM cabang Indonesia di Jakarta. Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Koordinator Nasional Greenfaith Indonesia, Hening Parlan, perwakilan Jaringan Gusdurian, Suraji, serta beberapa narasumber lain yang ikut bergabung secara online seperti Direktur PPI Unnas, Dr. Fakhrudin Mangunjaya, dan pendiri Eco Camp Bandung, Dr. Fery Sutrisna Wijaya.

Membangun Harmoni Lintas Iman

Dalam kesempatan tersebut, Muchlis M Hanafi juga memperkenalkan Majelis Hukama Muslimin (MHM) sebagai organisasi independen internasional yang didirikan oleh para ulama dan dipimpin oleh Grand Syekh Al Azhar, Ahmed Al Tayeb. MHM memiliki misi utama untuk menyebarkan perdamaian, mempromosikan moderasi beragama, serta membangun dialog lintas iman dan budaya.

Di Indonesia, MHM memiliki dua tokoh penting dalam keanggotaannya, yaitu Prof. Dr. M. Quraish Shihab sebagai pendiri sekaligus anggota, serta Dr. TGB M. Zainul Majdi yang merupakan anggota komite eksekutif.

Menurut Muchlis, aksi nyata dalam merawat lingkungan tidak bisa dilepaskan dari upaya memperkuat persaudaraan lintas agama. Hal ini dikarenakan banyak konflik kemanusiaan yang berakar dari krisis lingkungan dan perubahan iklim, seperti migrasi akibat kelangkaan pangan atau perebutan sumber daya alam yang semakin terbatas.

"Harmony Camp menjadi ruang bagi anak-anak muda lintas iman untuk tidak hanya berdialog, tetapi juga berkomitmen dalam menjaga kelestarian alam dengan perspektif keagamaan yang inklusif," tambahnya.

Direktur PPI Unnas, Fachruddin Mangunjaya, menyampaikan bahwa inisiatif MHM dalam menyatukan anak muda lintas iman untuk aksi lingkungan adalah langkah penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

"Kita tidak bisa menyerahkan masalah lingkungan hanya kepada satu kelompok atau satu agama saja. Ini adalah tantangan bersama yang harus diatasi dengan kerja sama lintas komunitas," jelasnya.

Ia mencontohkan peristiwa kebakaran hutan di California, yang menghanguskan lebih dari 36.000 hektar lahan, sebagai salah satu bukti nyata bahwa perubahan iklim adalah ancaman serius bagi dunia.

Hal senada diungkapkan oleh Romo Fery Sutrisna Wijaya, yang menilai Harmony Camp sebagai kesempatan emas untuk membangun jaringan persaudaraan lintas agama yang lebih luas.

"Kami berharap acara ini bisa menjadi ruang bagi generasi muda untuk saling belajar, berbagi pengalaman, dan membangun komitmen bersama dalam menjaga lingkungan," katanya.

Sebagai tuan rumah, Eco Camp Bandung telah merancang berbagai kegiatan yang tidak hanya berupa diskusi dan ceramah, tetapi juga pengalaman langsung di alam terbuka, seperti berjalan di hutan, berkebun, serta aksi lingkungan di daerah Cibunut.

"Kita akan belajar bersama dan berbagi peran agar bumi tetap menjadi tempat yang indah dan layak dihuni oleh semua makhluk," tambah Romo Fery.

Koordinator Nasional Greenfaith Indonesia, Hening Parlan, menilai bahwa Harmony Camp dapat menjadi momentum bagi pemuda lintas iman untuk memahami bahwa aksi iklim adalah tanggung jawab bersama.

Ilustrasi perubahan iklim.

Hening menyinggung tentang Dokumen Persaudaraan Manusia, yang ditandatangani oleh Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb dan Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada tahun 2019. Dokumen ini menjadi dasar inisiatif pembentukan Paviliun Iman dalam ajang Conference of Parties (COP) ke-28, yang mengakui peran penting agama dalam menangani perubahan iklim.

Menurut Hening, lebih dari 85% populasi dunia adalah orang beragama. Dengan demikian, gerakan penyelamatan bumi tidak bisa lepas dari keterlibatan komunitas lintas agama.

"Setiap agama memiliki nilai-nilai yang mendukung perlindungan lingkungan. Islam memiliki konsep khalifah fil ard, Kristen mengajarkan untuk menjaga ciptaan Tuhan, Hindu mengenal Tri Hita Karana, dan masih banyak lagi. Ini menunjukkan bahwa semua agama memiliki nilai yang sama dalam menjaga alam," ujarnya.

Aktivis Gusdurian, Suraji, juga menekankan bahwa Harmony Camp adalah kesempatan bagi pemuda lintas iman untuk berperan aktif dalam menyelamatkan bumi.

"Kita tidak boleh terus larut dalam pesimisme. Kita harus menciptakan narasi baru yang penuh harapan dan optimisme. Apa yang bisa kita lakukan di lingkungan sekitar kita, lakukanlah!" katanya.

Harmony Camp 2025 akan menghadirkan sejumlah tokoh dan narasumber inspiratif, di antaranya: Dr. TGB M. Zainul Majdi (MHM), Dr. Muchlis M. Hanafi (MHM), Dr. Fachruddin Mangunjaya (PPI Unnas), Dr. Fery Sutrisna Wijaya (Eco Camp Bandung), Alissa Wahid (Koordinator Jaringan Gusdurian), dan Hening Parlan (Koordinator Greenfaith Indonesia).

Selama mengikuti Harmony Camp, peserta akan belajar tentang Kesadaran Baru Hidup Ekologis; Our Daily Life, Our Spiritual Path; Dokumen Persaudaraan Manusia; Sitting Meditation Membumi Nafas Kehidupan (Berkebun); Awakening the Dreamer Canging the Dream Symposium; Eksplore Tahura ke Goa Jepang-Goa Belanda; Nurturing Time: Cibunut (untuk melihat dan melakukan aksi lingkungan di cibunut) Saung Angklung Udjo; serta Open Forum Interconnectedness : We are One from the Beginning Peran Agama - Agama dalam Merawat Bumi Rumah Kita Bersama.

Halaman Selanjutnya

Dalam kesempatan tersebut, Muchlis M Hanafi juga memperkenalkan Majelis Hukama Muslimin (MHM) sebagai organisasi independen internasional yang didirikan oleh para ulama dan dipimpin oleh Grand Syekh Al Azhar, Ahmed Al Tayeb. MHM memiliki misi utama untuk menyebarkan perdamaian, mempromosikan moderasi beragama, serta membangun dialog lintas iman dan budaya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |