Menguji Maka Cavalry: Nyaman untuk Perempuan, Liar di Mode Hi-Torque

4 hours ago 1

Jakarta, VIVA – Kehadiran Maka Cavalry telah menambah pilihan masyarakat di segmen motor listrik Indonesia. Kuda besi elektrik yang dibanderol Rp35,8 juta ini memiliki jarak tempuh sejauh 160 kilometer dalam sekali pengisian daya.

Motor listrik ini memiliki dua mode berkendara, yakni Hi-Torque yang membuka penuh performa motor dan Hi-Regen dengan kemampuan regenerative braking buat tambahan jarak tempuh.

Sebagai pendatang baru, Maka Motors memberikan kesempatan untuk para awak media termasuk VIVA.co.id untuk touring dari Jakarta ke daerah Sentul, Bogor, Jawa Barat menggunakan Cavalry.

Adapun perjalanan dimulai dari Maka Showroom Radio Dalam, melewati Jalan Raya Parung, menuju Bojong Gede, Stadion Pakansari, lalu Sentul.

Sementara arah balik dari Sentul, melewati Jalan Raya Bogor hingga kembali ke Radio Dalam.

Saat awal berkendara, motor listrik yang kami tunggangi memiliki baterai 100 persen dan memulai perjalanan, kami menggunakan mode Hi-Regen.

Menurut kami, mode tersebut lebih cocok digunakan untuk jalan rute pendek atau untuk perjalanan santai. Kecepatan yang bisa dirasakan hanya berada di angka sekitar 40km/jam hingga 60 km/jam saja.

Kemudian di tengah perjalanan, kami mencoba untuk mengganti mode menjadi Hi-Torque. Kami sedikit terkejut saat menggantinya dengan mode ini, lantaran tenaga yang dihasilkan sangat jauh berbeda dengan mode Hi-Regen.

Ketika ingin mendahului kendaraan lain, motor listrik ini terasa sangat mudah dikendalikan karena kecepatannya yang memumpuni.

Adapun saat melewati jalanan yang sangat lowong kendaraan, kami mencoba motor listrik ini dengan mode Hi-Torque ini dan mampu melaju hingga 102km/jam. Di atas kertas, Maka Cavalry disebutkan mampu melaju hingga 105km/jam.

Kendati demikian, ketika menggunakan mode Hi-Torque, kondisi baterai cepat mengalami penurunan. Berbeda dengan mode Hi-Regen yang memberikan tambahan engine brake saat fitur regeneratifnya bekerja.

Saat tiba di lokasi Sentul, Bogor, kondisi baterai kami tersisa 31 persen alias kami telah menghabiskan daya sebanyak 69 persen dari Jakarta dengan jarak sekitar 60 km.

Lalu, saat hendak kembali ke Jakarta dari Sentul Bogor ini, motor listrik yang kami gunakan dalam kondisi 77 persen.

Untuk menghemat baterai agar bisa tiba di Jakarta tanpa pengecasan, kami menggunakan mode Hi-Regen pada awal perjalanan. Ternyata, mode tersebut sangat memberikan kesan penghematan daya.

Terasa baterai masih dalam kondisi banyak, kami pun mulai beralih menggunakan mode Hi-Torque agar bisa lincah dalam menyalip kendaraan lain.

Panel instrumen motor listrik Maka Cavalry

Setibanya di lokasi titik kumpul akhir di diler Maka Motors, Radio Dalam, Jakarta, kondisi baterai kami tersisa 24 persen alias sudah menggunakan daya sebesar 53 persen.

Sebagai catatan, kondisi macet di jalanan pun menjadi faktor kurangnya daya baterai.

Dalam kondisi baterai 24 persen ini, motor masih bisa digunakan meski mengalami perlambatan dalam melaju dan mulai muncul simbol kura-kura, yang menandakan peringatan untuk memperlambat laju agar bisa menghemat baterai.

Lebih lanjut menyoal desain kendaraan, sebagai pengendara perempuan dengan tinggi 165cm, motor listrik ini cukup tinggi saat ditunggangi.

Kaki kami masih sedikit berjinjit. Kendati demikian, Maka Cavalry masih mudah untuk dikendalikan.

Lalu, ada beberapa bagian yang kurang kami senangi dari Maka Cavalry, yakni pegangan handgrip motor ini masih terasa keras alias tidak empuk apalagi bila memegangnya tanpa menggunakan sarung tangan.

Tetapi, saat menggunakan sarung tangan, kami merasa sedikit tidak terlalu nyaman saat memegang handgrip.

Kemudian, bagian bagasinya masih terasa sangat susah untuk ditutup dan membutuhkan tenaga yang cukup besar untuk bisa menutupnya.

Secara keseluruhan, kekurangan-kekurangan tersebut masih tertutupi dengan performa berkendara yang diberikan oleh motor listrik Maka Cavalry.

Kami cukup senang mengendarai Maka Cavalry lantaran tidak terasa seperti motor listrik. 

Halaman Selanjutnya

Menurut kami, mode tersebut lebih cocok digunakan untuk jalan rute pendek atau untuk perjalanan santai. Kecepatan yang bisa dirasakan hanya berada di angka sekitar 40km/jam hingga 60 km/jam saja.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |