Mirisnya Pendidikan di Pedalaman Kaltim, Masih Banyak Guru Cuma Lulusan SMA

12 hours ago 2

KUTAI BARAT, VIVA – Keterbatasan akses pendidikan bagi para guru di daerah terpencil, merupakan tantangan besar. Meski Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa masigh banyak pengajar di daerah pedalaman yang belum memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai.

Salah satunya di wilayah pedalaman Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Akses terhadap pendidikan berkualitas masih menjadi masalah utama. Dampak dari keterbatasan tersebut adalah banyaknya guru yang hanya lulusan SMA.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Barat, Robertus Bandarsyah mengatakan kondisi geografis yang sulit dijangkau dan keterbatasan infrastruktur menjadi faktor yang membuat banyak guru enggan bekerja di daerah-daerah terpencil. Alhasil, sekolah-sekolah di daerah tersebut acap kali terpaksa menerima guru dengan kualifikasi pendidikan yang kurang memadai.

"Kalau berdasarkan Data Dapodik yang diambil pada 4 Maret 2025, masih ada 850 guru yang berlatar belakang SMA," kata Robertus dalam keterangannya, Jumat, 21 Maret 2025.

Mereka terpaksa dipekerjakan, lantaran kekosongan guru di wilayah pedalaman. Status mereka adalah tenaga honor atau pegawai tidak tetap yang dibayar harian oleh sekolah atau pemerintah.

“Ada yang statusnya PTT, ada juga yang statusnya honor di sekolah. Mau tidak mau, karena di pedalaman itu angat sulit menempatkan guru di sana. Beragam hambatan berdampak pada kehidupan guru di pedalaman,” sebutnya.

Menurutnya, faktor sosial dan ekonomi juga turut menghambat peningkatan mutu kualifikasi tenaga pengajar. Gaji atau tunjangan yang diterima oleh guru di daerah terpencil seringkali tidak cukup untuk menghadapi tantangan hidup yang mereka alami di sana.

"Selain itu, masalah lain adalah keterbatasan fasilitas pendidikan. Sekolah-sekolah di daerah pedalaman umumnya memiliki fasilitas yang minim, yang pada gilirannya dapat memengaruhi motivasi dan kinerja guru," tambahnya.

Sumber foto: https://regional.kompas.com/image/2019/04/02/08465551/kisah-guru-honorer-bergaji-rp-85000-sebulan-di-pedalaman-flores-ntt?page=1

Kebutuhan Guru Mendesak

Saat ini, kebutuhan guru di Kabupaten Kutai Barat sangat tinggi. Berdasarkan data dari Ruang Talenta Guru, analisis beban kerja menunjukkan bahwa wilayah ini masih membutuhkan tambahan 371 guru, terutama di daerah terpencil.

“Kita masih membutuhkan banyak tenaga pengajar, terutama di daerah pedalaman. Ketimpangan jumlah guru dengan jumlah siswa sangat masih terasa. Mulai dari PAUD atau TK hingga jenjang SMP,” sebutnya.

Upaya pemerintah Kutai Barat dan berbagai organisasi non-pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah terpencil telah dilakukan. Salah satunya adalah pemberian pelatihan dan beasiswa pendidikan bagi para guru. Meskipun demikian, masih banyak tantangan yang harus diatasi, dan diperlukan dukungan lebih dari berbagai pihak.

"Berbagai kebijakan dan inisiatif telah diterapkan, seperti pemberian insentif tambahan bagi guru yang bekerja di daerah terpencil, penyediaan pelatihan, serta perbaikan infrastruktur dan fasilitas pendidikan," paparnya.

Gunakan Program CSR untuk Biayai Sekolah Guru

Robertus mengakui, pihaknya juga mengandalkan dukungan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan-perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di wilayah tersebut, untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan tenaga pengajar. Salah satunya program CSR dari PT Bharinto Ekatama (BEK).

Perusahaan tersebut telah membantu menyekolahkan sejumlah guru di Kecamatan Damai, tepatnya di Kampung Besiq, Kampung Bermai, dan Kampung Muara Bunyut. Mereka tidak hanya diberikan beasiswa penuh, tetapi juga tunjangan uang saku selama masa studi di Universitas Terbuka Kalimantan Timur.

"PT BEK turut berperan dalam memperbaiki kualitas pengajaran di daerah terpencil. Hal ini sangat berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan," ujar Robertus.

Sementara itu, Kristinawati, Kepala Departemen Pengembangan Komunitas (Comdev) PT BEK menerangkan nasib pendidikan anak-anak sekolah di wilayah Kecamatan Damai sangat bergantung pada tenaga pengajar. Namun, selama ini, pihaknya melihat tidak ada guru yang bersedia mengajar di wilayah itu, karena sangat terpencil.

“Misalnya di Kampung Besiq, hampir tidak ada guru yang mau mengajar di sana. Kalau pun ada, mereka hanya lulusan SMA. Maka kami memberikan beasiswa agar mereka memiliki kualifikasi yang memadai," jelasnya.

Untuk itu, pihaknya berinisiatif menyekolahkan guru-guru yang masih berlatar belakang SMA di Universitas Terbuka. Apalagi, data yang mereka terima, jumlah guru dan sekolah masih belum seimbang. Perusahaan bahkan membantu mencari warga setempat yang ingin menjadi guru, lalu mereka disekolahkan.

“Kalau tidak dibantu, maka selamanya tidak ada guru dengan kualifikasi pendidikan tinggi di pedalaman. Semua harus berubah, seiring perkembangan Kalimantan Timur menjadi Ibu Kota nantinya,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya

Kebutuhan Guru Mendesak

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |