Jakarta, VIVA - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa bersyukur karena nilai ekspor wilayahnya mencatatkan tren kenaikan signifikan sepanjang awal tahun 2025. Pertumbuhan ekspor Jatim menunjukkan kekuatan sektor industri dan potensi lokal yang kian kompetitif.
"Alhamdulillah nilai ekspor kita per April 2025 naik signifikan. Ini menandakan industri dan produk lokal Jatim terus tumbuh kuat," kata dia, Selasa, 10 Juni 2025.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, total nilai ekspor Januari sampai April 2025 mencapai US$ 8,31 miliar, naik 2,27 persen ketimbang periode sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan paling mencolok ada pada ekspor nonmigas yang naik 3,65 persen dari US$ 7,81 miliar ke US$ 8,10 miliar.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
Kemudian, ekspor April 2025 disebut mencapai US$ 2,18 miliar, meningkat 19,68 persen secara tahunan. Khofifah menjelaskan sektor nonmigas memang jadi tulang punggung pertumbuhan ekspor Jatim. Dia menyoroti potensi besar dari sektor perkebunan, perikanan, serta industri kimia.
"Jika sektor-sektor unggulan ini terus didorong, bukan tidak mungkin Jatim menjadi tulang punggung ekspor nasional," kata dia.
Lalu, BPS turut mencatat lonjakan ekspor kakao dan olahannya sebesar 70,21 persen ke US$ 119,15 juta, dengan pasar utama Amerika Serikat jug India. Komoditas lemak dan minyak hewani/nabati pun naik 42,70 persen atau senilai US$ 207,3 juta.
Sektor industri pengolahan tetap menjadi kontributor utama dengan nilai ekspor US$ 7,65 miliar atau 92,02 persen dari total ekspor nonmigas. Sementara sektor pertanian mengalami pertumbuhan tinggi hingga 46,57 persen didorong oleh produk ikan, moluska, dan kakao.
Dirinya pun juga mengapresiasi para pengusaha, petani, nelayan, dan pelaku UMKM. Pasalnya, mereka dianggap berperan besar dalam meningkatkan volume dan kualitas produk ekspor Jatim.
Halaman Selanjutnya
Sektor industri pengolahan tetap menjadi kontributor utama dengan nilai ekspor US$ 7,65 miliar atau 92,02 persen dari total ekspor nonmigas. Sementara sektor pertanian mengalami pertumbuhan tinggi hingga 46,57 persen didorong oleh produk ikan, moluska, dan kakao.