Pemkot Semarang Gelar Prosesi Sesaji Rewanda, Tradisi Syawalan Unik untuk Kera Goa Kreo

1 week ago 8

Jumat, 11 April 2025 - 18:58 WIB

Semarang, VIVA- Kota Semarang memiliki tradisi paling unik dalam memeriahkan Syawalan pascalebaran, yaitu Tradisi Sesaji Rewanda. Disebut unik karena prosesi tradisi ini akan membawa gunungan buah dan makanan untuk diberikan kepada ratusan kera yang menghuni hutan Goa Kreo.

Pemerintah Kota Semarang akan menggelar tradisi Sesaji Rewanda ini pada Sabtu (12/4/25). Prosesi akan dimulai pada pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati

Rencananya tradisi kirab Sesaji Rewanda akan dibuka langsung oleh Ibu Agustina, Wali Kota Semarang akan membuka tradisi Rewanda dan berjalan beriringan menuju lokasi sesaji

"Nanti setelah sampai lokasi sesaji akan dihibur oleh penampilan Tari Bambu Krincing dan sejarah mengenai Goa Kreo. Selanjutnya kembali ditampilkan Tari Wanara Parisuka dan  ada pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Semarang serta ngalap berkah dan ramah tamah," jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso, Senin (7/4/25).

Sebagai informasi, Sesaji Rewanda dimulai pada abad ke-15 saat Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, berusaha membangun sebuah masjid yang sekarang terkenal sebagai Masjid Agung Demak.

"Sesaji Rewanda yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti memberi hadiah kepada kera. Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam," ungkap Wing. 

Dengan memberikan hadiah kepada para kera yang tinggal di Goa Kreo, masyarakat tidak hanya merayakan kemenangan setelah Ramadhan tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang keharmonisan dengan alam.

Biasanya, perayaan ini berlangsung pada tanggal 3 bulan Syawal, dengan puncak prosesi kirab pada tanggal 7 bulan Syawal. Acara dimulai dengan rombongan yang berarak dari desa ke Goa Kreo, tempat tinggal monyet-monyet yang dihormati dalam perayaan ini.

Sebelum mencapai Goa Kreo, empat orang dengan menggunakan kostum monyet akan melakukan menari yang menghibur dan memberikan semangat kepada peserta.

Di belakang mereka, terdapat replika kayu jati yang melambangkan peran penting monyet dalam membantu Sunan Kalijaga dalam memindahkan kayu jati. Ketika rombongan tiba di Goa Kreo, prosesi kirab dimulai dengan doa-doa yang dipimpin oleh tokoh-tokoh adat, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Setelah proses doa selesai, acara dilanjutkan dengan anak-anak dari komunitas setempat yang mengenakan kostum monyet dan berpartisipasi dalam perayaan dengan menari yang menggambarkan peran monyet dalam membantu Sunan Kalijaga.

Selanjutnya, gunungan-gunungan berisi berbagai hidangan tradisional, termasuk Sego Kethek dibagikan kepada para monyet sebagai simbol rasa terima kasih.

Laporan: Teguh Joko Sutrisno/ Semarang

Halaman Selanjutnya

Biasanya, perayaan ini berlangsung pada tanggal 3 bulan Syawal, dengan puncak prosesi kirab pada tanggal 7 bulan Syawal. Acara dimulai dengan rombongan yang berarak dari desa ke Goa Kreo, tempat tinggal monyet-monyet yang dihormati dalam perayaan ini.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |