Perang Iran-Israel Makin Panas, Pertamina Ungkap Dampaknya ke Harga Pertamax cs

4 hours ago 1

Senin, 23 Juni 2025 - 13:27 WIB

Jakarta, VIVA – Ekskalasi perang Iran-Israel terus meningkat, utamanya usai keterlibatan Amerika Serikat (AS) yang turut menyerang fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan kemarin. Bahkan, harga minyak dunia pun tercatat mencapai level tertinggi dalam 5 bulan terakhir pada Senin, 23 Juni 2025, seiring kekhawatiran investor yang menanti langkah lanjutan Teheran usai bergabungnya AS ke dalam perang tersebut.

Ketika dikonfirmasi bagaimana dampaknya pada harga produk-produk BBM Pertamina, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengaku, Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga masih akan terus memantau perkembangan kondisi harga minyak dunia di tengah perang Iran-Israel, sambil tetap berpegang pada regulasi yang ada dan faktor terkait lainnya seperti kurs rupiah.

"Untuk harga BBM non-subsidi, secara berkala akan terus di-review oleh Pertamina Patra Niaga dengan mengacu pada regulasi dan beberapa faktor, antara lain harga minyak mentah dan kurs rupiah," kata Fadjar saat dihubungi VIVA, Senin, 23 Juni 2025.

VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso

Mengenai rencana Iran yang akan menutup Selat Hormuz yang bakal berdampak pada 20 persen pelayaran minyak mentah global, Fadjar tak membantah jika hal itu tentunya juga akan mempengaruhi distribusi minyak mentah dunia termasuk bagi Pertamina.

Sebagai langkah antisipasi, Dia mengakui bahwa Pertamina telah mengamankan kapal-kapal miliknya. Kemudian, Pertamina juga telah mengalihkan rute kapal-kapal tersebut ke jalur aman demi menjaga keberlangsungan rantai pasok, seperti misalnya melalui Oman dan India .

"Tapi untuk saat ini, secara umum pasokan kita masih terkendali," ujarnya.

Diketahui, langkah AS yang akhirnya masuk poros Israel dalam perang melawan Iran, telah mendongkrak krisis Timur Tengah dan memicu kekhawatiran pasokan minyak bagi dunia. Akibatnya, harga minyak naik lebih dari 2 persen dan menjadi yang tertinggi sejak Januari 2025, usai AS menyerang situs nuklir Iran hingga menimbulkan risiko bagi aktivitas global dan inflasi.

Dilaporkan, Brent naik relatif terkendali 2,7 persen pada US$79,12 per barel, sementara minyak mentah AS naik 2,8 persen menjadi US$75,98 per barel. Meski demikian, pasar saham dikabarkan masih menunjukkan ketahanan, dengan kontrak berjangka S&P 500 yang turun 0,5 persen dan kontrak berjangka Nasdaq yang juga anjlok 0,6 persen.

Halaman Selanjutnya

Diketahui, langkah AS yang akhirnya masuk poros Israel dalam perang melawan Iran, telah mendongkrak krisis Timur Tengah dan memicu kekhawatiran pasokan minyak bagi dunia. Akibatnya, harga minyak naik lebih dari 2 persen dan menjadi yang tertinggi sejak Januari 2025, usai AS menyerang situs nuklir Iran hingga menimbulkan risiko bagi aktivitas global dan inflasi.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |