Perbandingan Perilaku Konsumen di Media Sosial & Interaksi dengan Merek

1 week ago 5

VIVA – Saat ini, hampir semua orang yang memiliki smartphone juga memiliki akun media sosial, seperti Instagram, X, TikTok, dan Facebook. Fenomena ini telah menjadi hal yang umum dan telah mengubah cara kita berkomunikasi di era digital. Dulu, saat kita bertemu seseorang untuk pertama kalinya, biasanya kita akan saling bertukar kartu nama, namun sekarang, kita lebih cenderung bertukar alamat akun atau menambah teman di media sosial.

Berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk cara berkomunikasi dan berinteraksi, telah mengalami perubahan yang signifikan dan tak terduga sebelumnya. Dunia kini terasa tanpa batas, atau borderless, dengan sedikit ruang untuk kerahasiaan. Melalui media sosial, kita bisa mengetahui kegiatan orang lain meskipun tidak mengenal mereka secara langsung atau pernah bertemu secara tatap muka.

Media sosial telah menjadi sarana komunikasi yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Keberadaannya yang semakin meluas menjadikannya bagian tak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari. Media sosial berfungsi sebagai saluran interaksi yang memudahkan penyebaran informasi, yang menjadi alasan utama masyarakat menganggapnya sebagai sumber informasi utama.

Sebagai contoh, banyak orang yang kini lebih sering mengakses berita lewat media sosial ketimbang melalui media massa tradisional seperti televisi atau surat kabar. Media sosial memungkinkan penggunanya untuk mengajak orang lain berpartisipasi dan memberikan umpan balik secara bebas. Pengguna dapat memberikan komentar atau berbagi informasi dalam berbagai topik. Kehadiran media sosial dan pesatnya pertumbuhan jumlah penggunanya menunjukkan betapa besar pengaruh internet dalam kehidupan kita (Nasrullah, 2015).

Dalam "Personal Connections in the Digital Age", Baym menjelaskan bahwa media sosial dapat mempererat hubungan sosial dengan memungkinkan komunikasi yang lebih sering dan langsung. Ini membantu dalam menjaga hubungan jarak jauh dan memfasilitasi komunikasi yang lebih spontan dan informatif (Nancy Baym, 2015). Media sosial kini tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga platform utama untuk mencari produk, rekomendasi, dan opini. Konsumen yang dulunya mungkin hanya membeli produk berdasarkan iklan televisi atau rekomendasi dari teman dekat, kini lebih dipengaruhi oleh ulasan onlineinfluencer, dan iklan yang dipersonalisasi di media sosial. Hal ini menciptakan pola komunikasi yang lebih terbuka dan inklusif. Banyak platform kini juga menawarkan fitur seperti "story" atau "live" yang memungkinkan pengguna untuk berbagi momen secara langsung dan menerima umpan balik dari pengikut mereka secara instan. Ini mempercepat penyebaran informasi dengan cara yang lebih personal. Media sosial menjadi ruang komunikasi dua arah, tidak hanya sebagai tempat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga untuk mendengarkan dan berdiskusi. Fenomena ini menyoroti pentingnya memahami perilaku konsumen di dunia digital.

Solomon, seorang ahli perilaku konsumen, banyak menulis tentang bagaimana konsumen membuat keputusan dan bagaimana berbagai faktor psikologis dan sosial memengaruhi keputusan tersebut. Salah satu karyanya yang terkenal, Consumer Behavior: Buying, Having, and Being, membahas berbagai teori yang terkait dengan perilaku konsumen, termasuk pengaruh media sosial terhadap keputusan pembelian. Solomon mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi tentang bagaimana konsumen memperoleh, menggunakan, membuang produk serta layanan, dan faktor-faktor psikologis, sosial, budaya yang memengaruhi perilaku tersebut. Ia juga menekankan pentingnya faktor psikologis seperti persepsi, motivasi, dan pembelajaran dalam mempengaruhi keputusan konsumen (Michael Solomon, 2017). Perubahan perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh pergeseran dalam cara orang mengakses informasi dan berinteraksi dalam masyarakat.

Dalam konteks perilaku konsumen di berbagai platform media sosial seperti Instagram, X, TikTok, dan Facebook, kita dapat mengaitkannya dengan beberapa konsep utama dari teori Solomon, termasuk kebutuhan psikologis, teori identitas sosial, persepsi konsumen, dan pengaruh sosial. Setiap platform memiliki karakteristik unik yang memengaruhi bagaimana konsumen berinteraksi dengan merek dan memenuhi kebutuhan psikologis mereka.

1. Kebutuhan Psikologis dan Perbedaan Platform.
Solomon menyebutkan bahwa konsumen memiliki berbagai kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan akan penerimaan sosial dan status. Setiap platform memberikan cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan ini. Instagram cenderung berfokus pada aspek visual, dengan pengguna yang mengunggah gambar atau video yang mencerminkan gaya hidup dan prestise mereka, serta mencari pengakuan sosial melalui likes dan komentar. TikTok lebih menekankan kreativitas dan hiburan, memberi konsumen ruang untuk mengekspresikan diri melalui tantangan atau video viral yang menunjukkan produk dalam konteks yang lebih menghibur. Facebook lebih mengutamakan hubungan sosial dan berbagi informasi pribadi, di mana pengguna mencari koneksi sosial dan pembaruan dari teman atau keluarga, yang mempengaruhi keputusan pembelian berdasarkan pengaruh sosial. X berfokus pada komunikasi singkat dan percakapan real-time, di mana pengguna terlibat dalam tren atau percakapan yang sedang viral, berinteraksi dengan merek melalui hashtag dan tweet.

2. Teori Identitas Sosial.
Solomon mengemukakan bahwa konsumen membangun identitas mereka melalui produk yang mereka konsumsi. Setiap platform memberikan cara yang berbeda bagi konsumen untuk mengekspresikan identitas mereka. Instagram dan TikTok lebih berfokus pada ekspresi visual, di mana konsumen sering kali menggunakan gambar dan video untuk menampilkan identitas diri mereka melalui mode, kecantikan, atau gaya hidup. X lebih terbuka untuk diskusi tentang nilai-nilai sosial, politik, atau budaya, dan konsumen di platform ini cenderung mengekspresikan diri melalui opini dan ide. Facebook lebih berfungsi sebagai ruang untuk mempererat hubungan sosial dan memperlihatkan identitas yang terhubung dengan keluarga dan teman.

3. Persepsi Konsumen dan Pengaruh Sosial.
Persepsi konsumen terhadap merek sangat dipengaruhi oleh pengaruh sosial yang ada di masing-masing platform. Instagram dan TikTok lebih dipengaruhi oleh influencer, di mana konsumen sering mengikuti tren atau membeli produk berdasarkan rekomendasi dari selebritas atau influencer yang mereka ikuti. X mengandalkan diskusi terbuka, dengan konsumen yang cenderung mengikuti merek yang terlibat dalam percakapan sosial atau mendukung nilai yang mereka anggap penting. Facebook lebih mengutamakan pengaruh dari keluarga dan teman, dengan rekomendasi dari orang-orang terdekat yang lebih memengaruhi keputusan pembelian konsumen.

4. Pengaruh Sosial dan Konformitas.
Solomon juga menekankan pentingnya pengaruh sosial dalam perilaku konsumen, yang berkaitan dengan konformitas dan kepatuhan terhadap kelompok sosial. TikTok mendorong konformitas dengan tantangan atau tren yang viral, di mana konsumen berpartisipasi dalam gaya atau konten yang sedang populer sebagai cara untuk merasa diterima dalam kelompok sosial. Instagram memungkinkan konsumen berpartisipasi dalam tren dan berinteraksi dengan merek secara lebih personal, yang mempengaruhi pencapaian status sosial dan pengakuan. Facebook mengandalkan pengaruh sosial dari kelompok kecil, seperti keluarga dan teman, yang sangat mempengaruhi persepsi dan keputusan pembelian berdasarkan kepercayaan sosial.

Dengan memandang perilaku konsumen melalui lensa ini, kita dapat lebih memahami bagaimana konsumen berinteraksi dengan merek dan memenuhi berbagai kebutuhan psikologis mereka di setiap platform media sosial yang berbeda. Hal ini sangat penting bagi perusahaan dalam merancang strategi pemasaran yang tepat untuk setiap platform.

Berikut adalah beberapa tips agar dapat lebih efektif dalam memahami perilaku konsumen di media sosial dan mengoptimalkan strategi pemasaran sesuai dengan karakteristik unik setiap platform.

1.Kenali kebutuhan psikologis konsumen di setiap platform. Misalnya, jika berjualan produk kecantikan di Instagram, fokuskan pesan pada penerimaan sosial dan self-esteem, karena banyak pengguna Instagram yang mencari pengakuan sosial melalui penampilan mereka. Ciptakan konten yang membantu audiens merasa lebih percaya diri atau memberikan pengalaman yang memperkuat identitas mereka, seperti tutorial atau sebelum dan sesudah produk.

2. Sesuaikan pesan dengan identitas sosial platformDi TikTok, lebih baik menggunakan pendekatan yang kreatif dan menghibur, sementara di Facebook, lebih baik menekankan hubungan sosial dan berbagi cerita pribadi. Di X, coba gunakan hashtag yang relevan dengan percakapan sosial atau tren untuk membuat audiens merasa terhubung dengan komunitas yang lebih besar.

3. Pahami pengaruh sosial di masing-masing platformSetiap platform memiliki dinamika pengaruh yang berbeda. Di Instagram dan TikTok, influencer memainkan peran besar dalam membentuk persepsi produk, sementara di Facebook, rekomendasi dari teman dan keluarga sangat penting. Pertimbangkan untuk bekerja sama dengan influencer di platform tertentu, atau dorong audiens untuk berbagi pengalaman mereka dengan produk di Facebook untuk menciptakan social proof yang kuat.

4. Maksimalkan kekuatan visual. Platform seperti Instagram dan TikTok sangat visual, jadi pastikan konten menarik secara visual dan relevan dengan audiens yang dituju. Gunakan gambar, video, dan infografis yang menggugah emosi dan memotivasi audiens untuk berinteraksi. Gunakan filter atau efek menarik di TikTok dan pastikan foto dan video berkualitas tinggi di Instagram.

5. Tentukan tujuan dan konten yang tepat untuk setiap platform. Tentukan tujuan yang jelas, apakah itu untuk membangun kesadaran merek, menginspirasi tindakan, atau membangun komunitas. Sesuaikan gaya dan format konten dengan tujuan tersebut. Di Facebook, fokuskan pada cerita yang membangun koneksi emosional, sementara di TikTok, buat video yang bisa dengan mudah dibagikan atau menjadi bagian dari tren yang lebih besar.

6. Bangun pengaruh dengan konten yang dapat dibagikan. Buat konten yang mudah dibagikan oleh audiens, ini akan memperluas jangkauan dan meningkatkan pengaruh sosial di platform media sosial. Ajak audiens untuk menandai teman mereka di Instagram atau mengikuti challenges TikTok. Konten yang melibatkan audiens lebih cenderung mendapatkan perhatian lebih besar.

7. Mengikuti tren dan beradaptasi dengan perubahan adalah kunci. Media sosial selalu berubah, jadi mengikuti tren terkini sangat penting untuk tetap relevan. Perhatikan apa yang sedang populer di masing-masing platform dan bagaimana audiens berinteraksi dengan tren tersebut. Jika ada tantangan viral di TikTok atau hashtag populer di X, coba ikut serta dan sesuaikan dengan produk atau merek untuk meningkatkan visibilitas dan keterlibatan.

Halaman Selanjutnya

1. Kebutuhan Psikologis dan Perbedaan Platform.Solomon menyebutkan bahwa konsumen memiliki berbagai kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan akan penerimaan sosial dan status. Setiap platform memberikan cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan ini. Instagram cenderung berfokus pada aspek visual, dengan pengguna yang mengunggah gambar atau video yang mencerminkan gaya hidup dan prestise mereka, serta mencari pengakuan sosial melalui likes dan komentar. TikTok lebih menekankan kreativitas dan hiburan, memberi konsumen ruang untuk mengekspresikan diri melalui tantangan atau video viral yang menunjukkan produk dalam konteks yang lebih menghibur. Facebook lebih mengutamakan hubungan sosial dan berbagi informasi pribadi, di mana pengguna mencari koneksi sosial dan pembaruan dari teman atau keluarga, yang mempengaruhi keputusan pembelian berdasarkan pengaruh sosial. X berfokus pada komunikasi singkat dan percakapan real-time, di mana pengguna terlibat dalam tren atau percakapan yang sedang viral, berinteraksi dengan merek melalui hashtag dan tweet.

Halaman Selanjutnya

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |