Jakarta, VIVA – Komunitas Pecinta Tabacum Nusantara Indonesia (KPTNI) menyuarakan kekhawatiran terhadap regulasi pemerintah yang dinilai tidak berpihak terhadap Industri Hasil Tembakau (IHT) nasional.
Ketua Umum KPTNI, Eggy menyampaikan, akibat hal tersebut, produksi rokok nasional terus mengalami penurunan hampir 10% sejak Maret 2025. Hal ini, kata dia, memicu potensi PHK massal di berbagai lapisan pelaku IHT.
Eggy mengatakan, kondisi ini tak hanya disebabkan oleh peningkatan tarif cukai rokok dan maraknya peredaran rokok ilegal, tetapi juga akibat gencarnya kampanye anti-rokok yang menurutnya didanai oleh lembaga asing.
“Tekanan terhadap IHT bukan hanya soal kenaikan cukai, tapi juga adanya intervensi asing melalui LSM anti-rokok yang disokong dana luar negeri,” tegas Eggy dalam keterangan tertulis, Rabu, 30 April 2025.
Source : VIVA/ Yeni Lestari.
Rokok Legal Kian Mahal, Rokok Ilegal Menjamur
Lebih lanjut, Eggy menyoroti bahwa kenaikan cukai menyebabkan harga rokok legal terus melonjak, yang justru mendorong konsumen beralih ke rokok ilegal yang lebih murah. Kondisi ini menggerus pasar rokok legal dan berdampak langsung pada turunnya volume produksi pabrikan resmi.
Menurutnya, dalam kondisi ekonomi makro yang tidak stabil, tekanan tambahan dari luar negeri sangat merugikan industri nasional yang menyerap lebih dari enam juta tenaga kerja. Dampak ini tidak hanya dirasakan di pabrik rokok, tetapi menjalar hingga ke petani tembakau, pengrajin keranjang tembakau, pedagang kecil, hingga seluruh ekosistem rantai pasok IHT.
“Ini adalah ancaman terhadap kedaulatan kebijakan nasional dan bertentangan dengan semangat Presiden Prabowo dalam memperkuat kedaulatan bangsa,” kata dia.
Ia juga menegaskan bahwa kretek adalah warisan budaya dan simbol kedaulatan bangsa, yang hanya ditemukan di Indonesia.
Terakhir, KPTNI menyerukan agar pemerintah bersikap adil dan mempertimbangkan keberlangsungan hidup jutaan masyarakat yang bergantung pada industri ini. Eggy menegaskan bahwa IHT bukan sekadar soal produk rokok, tetapi menyangkut hajat hidup orang banyak.
“Dalam rantai IHT ini ada banyak lapisan masyarakat yang terkait, mulai dari petani tembakau hingga pengrajin keranjang tembakau,” tutupnya.
Halaman Selanjutnya
Menurutnya, dalam kondisi ekonomi makro yang tidak stabil, tekanan tambahan dari luar negeri sangat merugikan industri nasional yang menyerap lebih dari enam juta tenaga kerja. Dampak ini tidak hanya dirasakan di pabrik rokok, tetapi menjalar hingga ke petani tembakau, pengrajin keranjang tembakau, pedagang kecil, hingga seluruh ekosistem rantai pasok IHT.