Bahrain, VIVA – Majelis Hukama Muslimin (MHM) mengadakan sidang ke-18 di Manama, Bahrain, Jumat 21 Februari 2025. Sidang tersebut dipimpin Ketua MHM yang juga Grand Syekh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmed Al-Tayyeb dan dihadiri oleh para anggota MHM. Hadir dari Indonesia, pendiri dan anggota MHM, Prof. Dr. M Quraish Shihab, MA, dan anggota Komite Eksekutif MHM, Dr. TGB. M Zainul Majdi, MA.
Dalam sidang itu, untuk pertama kali MHM mengundang sejumlah ulama terkemuka dan pemuka agama berbagai mazhab Islam dari seluruh dunia. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas isu-isu seputar dialog intra-Islam, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan umat saat ini dengan menitikberatkan perhatian pada isu Palestina.
"Para peserta sidang MHM dengan suara bulat menolak segala bentuk upaya pengusiran paksa yang bertujuan untuk melenyapkan isu Palestina. Para peserta juga menegaskan dukungannya terhadap sikap tegas negara-negara Arab dan Islam yang menolak upaya tersebut," tegas Sekjen MHM Konselor Mohamed Abdelsalam dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA, Senin 24 Februari 2025.
"Mereka juga memanjatkan doa agar Allah Swt. memberikan taufik dan kesuksesan kepada para pemimpin Arab yang akan bertemu pada KTT Liga Arab mendatang di Mesir, serta menyatukan pandangan mereka demi kebaikan dan kemaslahatan umat," sambungnya.
Selema bersidang, kata Sekjen MHM, para peserta rapat menyampaikan apresiasi yang tinggi atas keteguhan rakyat dan perjuangan heroik Palestina dalam mempertahankan tanah airnya di tengah agresi brutal yang tidak menghargai perjuangan membela tanah air. Mereka menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk membangkitkan potensi umat dalam menghadapi tantangan ini adalah dengan menyatukan langkah dan bertolak dari titik-titik kesamaan yang menyatukan guna menghadapi berbagai ancaman berbahaya yang mengintai umat di berbagai belahan dunia.
"Para peserta menyatakan dukungan dan komitmen penuh terhadap seluruh hasil Konferensi Dialog Intra-Islam, termasuk Piagam “Seruan Ahli Kiblat” yang dideklarasikan dalam konferensi penting ini. Piagam tersebut memuat visi masa depan yang komprehensif bagi umat Islam mengenai landasan dialog Islam, prioritas, serta isu-isu mendesak yang harus dihadapi dalam periode mendatang guna mewujudkan persaudaraan Islam di antara seluruh komponen umat," papar Konselor Abdelsalam.
"Mereka juga menegaskan pentingnya membangun suasana saling pengertian dan penghormatan, serta menghentikan segala bentuk penghinaan, ujaran kebencian, dan praktik saling mengafirkan antarsesama umat Islam," sambungnya.
Sebagai tindak lanjut dari “Seruan Ahli Kiblat, kata Mohamed Abdelsalam, para ulama sepakat untuk melanjutkan upaya bersama terkait dialog intra-Islam dengan mengimplementasikan visi tersebut dalam bentuk kerja-kerja nyata. Salah satu langkah utama yang disepakati adalah pembentukan Lembaga Dialog Islam yang akan menghimpun perwakilan dari seluruh mazhab Islam. Tujuannya, memantau pelaksanaan rekomendasi konferensi Dialog Intra-Islam serta berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan dari berbagai aliran pemikiran Islam di seluruh dunia.
Artificial Intelligence
Konselor Abdelsalam menjelaskan, selain isu Palestina dan Persaudaraan Islam, peserta sidang MHM juga membahas dampak positif dan negatif kecerdasan buatan (AI) terhadap sistem nilai dan etika. Mereka menekankan perlu adanya semacam kode etik yang sejalan dengan perkembangan teknologi ini. Kode etik tersebut akan menjadi pedoman bagi para pengembang AI, sekaligus mengarahkan pengguna untuk memanfaatkannya secara positif dan bertanggung jawab.
"Para ulama menegaskan perlunya inisiatif dari lembaga-lembaga Islam, serta sinergi antara para cendekiawan Muslim untuk memanfaatkan AI dalam memperkuat komunikasi dengan generasi muda dan kaum milenial, terutama dalam hal penyampaian informasi keagamaan yang akurat dan penyebaran fatwa yang benar, sehingga teknologi ini dapat menjadi sarana dakwah yang efektif dan bermanfaat bagi umat Islam di era digital," papar Abdelsalam.
Para ulama, pemuka agama, dan cendekiawan yang berpartisipasi dalam pertemuan ini, kata Konselor Abdelsalam, juga menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Raja Hamad bin Isa Al Khalifa atas dukungan dan perhatiannya yang luar biasa dalam penyelenggaraan Konferensi Dialog Intra-Islam. Mereka juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kerajaan Bahrain atas penyambutan yang hangat dan keramahan yang luar biasa dalam menyelenggarakan acara ini.
"Para peserta juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Persatuan Emirat Arab Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan atas dukungan yang terus menerus dan berkelanjutan terhadap langkah-langkah global yang dilakukan oleh Majelis Hukama Muslimin dalam mendukung upaya perdamaian, memperkuat persaudaraan Islam, dan mempromosikan kehidupan bersama yang harmonis," tutur Sekjen MHM.
Majelis Hukama Muslimin adalah sebuah lembaga internasional independen yang didirikan di Abu Dhabi pada tahun 2014, dipimpin oleh Syekh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmed Al-Tayeb. Lembaga ini beranggotakan sejumlah ulama, cendekiawan, dan tokoh terkemuka umat Islam yang dikenal arif dan bijak, moderat, adil, dan independen.
Majelis Hukama Muslimin bertujuan untuk mengukuhkan perdamaian serta menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan secara harmonis melalui berbagai inisiatif, kegiatan, dan program. Selain itu, Majelis Hukama Muslimin juga berupaya untuk meluruskan pemahaman yang keliru, mengkonter pemikiran ekstrem, serta melawan segala bentuk kebencian, fanatisme, rasisme, dan diskriminasi. Di samping itu, upaya memperkuat dialog intra-Islam serta mengoptimalkan peran pemimpin dan tokoh agama dalam menangani tantangan global juga menjadi salah satu fokus utama majelis ini.
Halaman Selanjutnya
"Mereka juga menegaskan pentingnya membangun suasana saling pengertian dan penghormatan, serta menghentikan segala bentuk penghinaan, ujaran kebencian, dan praktik saling mengafirkan antarsesama umat Islam," sambungnya.