Jakarta, VIVA – Mantan Direktur PT Danareksa (Persero), Harry Danardojo, meninggal dunia secara tragis pada Minggu siang, 26 Oktober 2025, setelah mobil Lexus yang dikendarainya tertimpa pohon tumbang di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 13.59 WIB di Jalan Metro Pondok Indah Raya, Kebayoran Lama, saat hujan deras disertai angin kencang mengguyur kawasan elit tersebut.
Menurut keterangan Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta, Muhammad Yohan, pohon palem berdiameter sekitar 60 sentimeter dengan tinggi 15 meter tumbang dan menimpa satu unit mobil Lexus yang tengah melintas.
Pohon tumbang timpa Lexus buat 1 orang tewas
“Korban yang merupakan pengemudi mobil meninggal dunia di lokasi kejadian,” ujar Yohan, Minggu malam 26 Oktober 2025.
Jenazah Harry kemudian dibawa ke RS Pondok Indah sebelum disemayamkan di rumah duka Jalan Bukit Hijau 9 Nomor 6, Pondok Indah.
Begitu laporan masuk, petugas gabungan dari BPBD, Dinas Gulkarmat, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, PPSU, Satpol PP, Koramil, dan Polsek setempat langsung menuju lokasi.
Proses evakuasi sempat menyebabkan kemacetan di sekitar jalan utama Pondok Indah, namun kondisi akhirnya kembali normal setelah pembersihan selesai dilakukan.
“Hujan berintensitas tinggi dan angin kencang menjadi faktor utama tumbangnya pohon tersebut. Kini akses jalan sudah kembali bisa dilalui,” tambah Yohan. Insiden ini menjadi pengingat serius akan potensi bahaya cuaca ekstrem di wilayah perkotaan, terutama saat musim pancaroba.
Sosok dan Kiprah Profesional Harry MP Danardojo
Bagi kalangan pasar modal, pemilik nama lengkap Harry Nugroho Prasetyo Danardojo bukanlah sosok asing. Ia merupakan alumnus Pangudi Luhur (PL) angkatan 1984.
Karier Harry menanjak pada awal 2000-an ketika ia dipercaya menduduki jajaran manajemen puncak PT Danareksa (Persero), BUMN yang berperan penting dalam pengembangan pasar modal Indonesia.
Sebagai Managing Director, Harry turut memimpin restrukturisasi besar-besaran pasca krisis ekonomi 1998, saat Danareksa tengah menghadapi tekanan akibat portofolio aset bermasalah.
Dalam sebuah wawancara lama, Harry pernah mengungkap bahwa pada 2001 Danareksa mencatat kerugian sekitar Rp495 miliar akibat pencadangan aktiva tak produktif. Namun berkat efisiensi, restrukturisasi, dan pembenahan tata kelola yang ia dorong, Danareksa berhasil bangkit dan kembali stabil.
Halaman Selanjutnya
Pemimpin Visioner dan Panutan Profesional Muda

4 weeks ago
12









