Jakarta, VIVA – Founder Indonesia Tourism Investors Club, Teguh Anantawikrama meyakini bahwa aspek kuliner sebagai bagian dari sektor pariwisata nasional, merupakan salah satu kartu as yang dimiliki oleh Indonesia di tengah hiruk-pikuk diplomasi global dan persaingan sektor pariwisata dunia yang ketat.
Ia mengatakan, ragam masakan asli Nusantara yang kaya rasa itu bukan sekadar hidangan lezat semata.
"Melainkan alat strategis yang ampuh dalam diplomasi pariwisata, dan penguatan posisi ekonomi-politik bangsa. Kita menyebutnya, diplomasi gastronomi," kata Teguh dalam keterangannya, Senin, 23 Juni 2025.
Pendiri Indonesian Tourism Investors Club (ITIC), Teguh Anantawikrama dan Ketum Kadin Anindya Bakrie
Photo :
- VIVA.co.id/Foe Peace Simbolon
Wakil Ketua Umum (WKU) Bidang Transformasi Teknologi dan Digital Kadin Indonesia itu menegaskan, sebagai bangsa yang dikaruniai ribuan pulau dengan tradisi kuliner unik di setiap sudutnya, potensi Indonesia dalam mengkapitalisasi diplomasi gastronomi sejatinya tidak terbatas.
"Bayangkan saja, siapa yang bisa menolak daya pikat rendang yang kaya rempah, gurihnya nasi goreng di tengah malam, atau segarnya sate dengan bumbu kacang yang khas? Hidangan-hidangan ini lebih dari sekadar makanan, mereka adalah duta budaya yang bercerita tentang sejarah, geografi, dan kearifan lokal kita," ujarnya.
Karenanya dalam ranah pariwisata, diplomasi gastronomi menurut Teguh adalah magnet yang tak terbantahkan. Di era food tourism yang sedang naik daun, banyak wisatawan rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk merasakan pengalaman kuliner otentik.
"Dengan mempromosikan masakan unggulan kita di kancah internasional, kita tidak hanya mengisi perut mereka, tapi juga membangkitkan rasa penasaran untuk datang langsung ke sumbernya," kata Teguh.
Program-program seperti "Indonesia Spice Up the World" dinilai adalah langkah cerdas. Dengan menargetkan pembukaan ribuan restoran Indonesia di berbagai belahan dunia, kita menanamkan benih cinta kuliner yang akan berbuah kunjungan wisatawan.
Setiap gigitan sate di Paris atau semangkuk bakso di New York, menurut Teguh bisa menjadi undangan tak langsung bagi mereka untuk merasakan keindahan Indonesia.
"Ketika lidah mereka terbiasa dengan cita rasa kita, mereka akan mencari tahu lebih banyak tentang asal muasalnya, budaya di baliknya, dan akhirnya, tentang destinasi pariwisata kita yang memukau. Dampaknya jelas masa tinggal wisatawan akan lebih panjang, pengeluaran mereka akan lebih besar, dan pada akhirnya ekonomi lokal kita juga akan merasakan manfaatnya," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
"Dengan mempromosikan masakan unggulan kita di kancah internasional, kita tidak hanya mengisi perut mereka, tapi juga membangkitkan rasa penasaran untuk datang langsung ke sumbernya," kata Teguh.