Tensi Perdagangan AS-China Mereda, Bos OJK Jamin Sektor Jasa Keuangan RI Tetap Terjaga

1 day ago 3

Senin, 2 Juni 2025 - 16:27 WIB

Jakarta, VIVA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menegaskan, stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia masih tetap terjaga, di tengah perkembangan terbaru dinamika tensi geopolitik global dan perdagangan internasional.

Dimana tensi perdagangan global saat ini disebut-sebut tengah mulai menurun, usai terciptanya kesepakatan dagang sementara antara Amerika Serikat (AS) dan China pada 12 Mei 2025.

Sinyalemen positif AS-China itu pun mendapat sambutan baik dari para pelaku pasar, dan menjadi salah satu faktor pendorong penguatan pasar keuangan global seiring penurunan volatilitas pasar keuangan dunia.

"Dampak dari ketegangan geopolitik yang meningkat di beberapa kawasan masih bisa dilokalisir, sehingga imbasnya ke pasar keuangan global masih terbatas," kata Mahendra dalam telekonferensi pers RDKB Mei 2025, Senin, 2 Juni 2025.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Photo :

  • pinjol limit besar tenor panjang

Dia mengatakan, pada kuartal I-2025 pertumbuhan ekonomi global tercatat melemah, seiring dengan berlanjutnya penurunan inflasi yang mengindikasikan adanya pelemahan permintaan global.

Karenanya, Mahendra pun memastikan bahwa kebijakan moneter global ke depannya juga akan semakin akomodatif. Hal itu antara lain dapat dilihat dari penurunan suku bunga oleh beberapa bank sentral, menyuntikkan likuiditas ke pasar, atau menurunkan reserve requirement.

Terlebih, Mahendra menilai bahwa The Fed sendiri telah menyiratkan kebijakan terkait The Fed Fund Rate (FFR). Meskipun hal itu juga masih menunggu kepastian soal kebijakan tarif Donald Trump, dan dampaknya kepada beberapa indikator perekonomian.

Sehingga, para pelaku pasar pun menurunkan estimasi penurunan FFR menjadi dua kali di tahun 2025, dari sebelumnya diprediksi sebanyak 3-4 kali penurunan. Dimana, penurunan pertama oleh The Fed diperkirakan akan mundur ke bulan September 2025.

Kantor Otoritas Jasa Keuangan (Foto ilustrasi).

Selain itu, lanjut Mahendra, para pelaku pasar juga masih mencermati rencana penerbitan undang-undang pajak oleh Donald Trump. Meskipun, hal itu dinilai dapat memicu defisit fiskal AS lebih tinggi, sehingga lembaga pemeringkat utang Moody's pun ikut menurunkan rating kredit AS.

"Beberapa hal itu telah mendorong terjadinya pelemahan pasar obligasi dan nilai tukar di Amerika Serikat," ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Terlebih, Mahendra menilai bahwa The Fed sendiri telah menyiratkan kebijakan terkait The Fed Fund Rate (FFR). Meskipun hal itu juga masih menunggu kepastian soal kebijakan tarif Donald Trump, dan dampaknya kepada beberapa indikator perekonomian.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |