Terpikat Daya Tarik Arktik

1 week ago 6

Berlin, VIVA – Laut Arktik di Kutub Utara menyimpan rahasia yang membuat Amerika Serikat (AS), China, dan Rusia terpikat.

Pada Juli dan Agustus 2024, tiga kapal pemecah es milik China, Xuelong 2, Ji Di dan Zhong Shan Da Xue Ji Di, meretas lapisan es di Samudra Arktik.

Ketiga kapal itu berlatih melintasi Samudra Arktik tanpa hambatan, itu praktiknya, tapi terutama juga secara simbolik melontarkan pesan penting. Ketiganya menegaskan kehadiran China di Arktik dan akan berada di sana secara permanen.

"Arktik akan menjadi milik China", menjadi judul berita utama kantor berita Rusia, RIA Novosti, pada Oktober 2024. Pernyataan tersebut tidaklah berlebihan. Karena, menurut pakar keamanan maritim Michael Paul, China telah berkiprah cukup lama di Arktik.

"China sangat aktif di wilayah itu sejak awal tahun 2000-an, terutama di Islandia. Namun, Beijing menghadapi sikap defensif dari Denmark dan AS. Kedua negara tersebut takut akan pengaruh China yang berlebihan," jelas dia, seperti dikutip dari situs DW, Jumat, 11 April 2025.

China, serta negara-negara lain di kawasan kian banyak terlibat di Arktik, dengan alasan perubahan iklim yang berdampak jauh lebih kuat di kawasan Kutub Utara. Suhu rata-rata global pada 2024 naik 1,5 derajat Celsius dibandingkan suhu pada era praindustri.

Namun, menurut laporan Institut Alfred Wegener untuk penelitian kutub dan lautan, kawasan Arktik memanas empat kali lebih cepat daripada bagian lain di Bumi, sehingga lapisan es mencair lebih cepat.

Jika laju pemanasan global tetap seperti saat ini, diperkirakan sebagian besar es di Arktik pada bulan-bulan musim panas antara 2030 hingga 2040, akan mencair sepenuhnya, dan tiga jalur pelayaran baru untuk perjalanan kapal dari Samudra Pasifik menuju Samudra Atlantik, kemungkinan akan terbuka di sana.

Dengan begitu akan dapat memperpendek rute pelayaran yang sudah ada secara signifikan. Salah satu rute disebut Northeast Passage atau Jalur Timur Laut, dekat daratan Rusia, kini telah dikembangkan oleh China dan Rusia sebagai jalur perdagangan dan jalur laut untuk pengangkutan bahan baku.

"Khususnya, pengangkutan gas dari Semenanjung Yamal di Siberia barat ke China melalui rute ini," kata ilmuwan politik Klaus-Peter Saalbach dari Universitas Osnabrück, yang juga penulis studi kepentingan geostrategis di Arktik.

Namun, jalur tersebut kini masih jarang dilalui. Sementara Northwest Passage atau Jalur Barat Laut di lepas pantai Kanada saat ini jarang digunakan. Jalur ini jauh lebih sulit untuk dilayari kapal ketimbang Northeast Passage.

"Jawatan sains di Kongres AS meragukan jalur ini akan dapat digunakan secara ekonomis,” kata Saalbach. Jalur ini secara politis juga akan menjadi tantangan bagi Rusia dan China. "Jalur ini melintasi perairan yang diakui oleh Kanada sebagai wilayah teritorialnya, dan Kanada mengklaim berhak mengatur pelayaran di sana," kata Saalbach.

Menimbang makin cepatnya lapisan es mencair, dapat diperkirakan pada bulan-bulan di musim panas apa yang disebut sebagai Rute Laut Transpolar akan terbuka. Rute ini merupakan jalur terpendek antara daratan di utara melewati laut di antaranya, sehingga navigasinya lebih mudah.

"Islandia, misalnya, dapat berperan sebagai pelabuhan transhipment (pelabuhan perantara) di rute ini. China telah membangun kedutaan besarnya di Islandia, yang menunjukkan kehadiran China yang kuat di masa depan. Islandia di sisi lainnya melebarkan jangkauannya ke Uni Eropa, namun juga ke Rusia dan China," kata Saalbach.

Presiden AS Donald Trump saat ini berusaha 'membujuk' Greenland atau Grinlandia untuk masuk di bawah kendali AS. Proyek ini telah ia kejar sejak masa jabatan pertamanya di Gedung Putih, dan yang juga sejalan dengan kebijakan umum AS sejak akhir Perang Dunia II.

"Faktanya, kerja sama antara China dan Rusia di Rute Laut Utara membuat kedua negara tersebut dapat mengendalikan, negara mana saja yang dapat menggunakan rute Arktik di masa depan, sehingga dapat dimengerti jika Donald Trump memberikan reaksi yang berlebihan," jelas Michael Paul.

Pada saat yang sama, es yang mencair memudahkan penggalian sumber daya mineral yang sangat besar di kawasan ini.

Dalam sebuah studi pada 2008, US Geological Survey (USGS) memperkirakan, sekitar 30 persen cadangan gas alam yang belum ditemukan di dunia dan 13 persen cadangan minyak yang belum ditemukan, berada di Arktik.

Grinlandia memiliki cadangan Logam Tanah Jarang yang signifikan, yang dibutuhkan untuk pembuatan produk teknologi tinggi seperti ponsel pintar, motor listrik, dan baterai.

"Logam, berlian, batu bara, dan uranium juga tersimpan di Kutub Utara. Semua sumber daya ini kian meningkatkan persaingan untuk memperebutkan wilayah ini. Namun, menambang sumber daya mineral ini menghadapi kesulitan yang cukup besar," kata Saalbach.

Sebab, penambangan dilakukan di bawah kondisi iklim yang ekstrem dan membutuhkan logistik yang untuk saat ini nyaris tidak ada.

Di Grinlandia, beberapa cebakan mineral tidak bernilai komersil seperti yang diasumsikan sebelumny. Selain itu, perselisihan mengenai hak pemanfaatan lahan di beberapa daerah di Kutub Utara belum terselesaikan.

Halaman Selanjutnya

Dengan begitu akan dapat memperpendek rute pelayaran yang sudah ada secara signifikan. Salah satu rute disebut Northeast Passage atau Jalur Timur Laut, dekat daratan Rusia, kini telah dikembangkan oleh China dan Rusia sebagai jalur perdagangan dan jalur laut untuk pengangkutan bahan baku.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |