Vino G Bastian Jadi Fotografer yang Dihantui Rasa Bersalah di Film Shutter

3 hours ago 2

Minggu, 26 Oktober 2025 - 18:30 WIB

Jakarta, VIVA – Setelah sukses dengan Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung, Falcon Pictures kembali memperkuat semesta horor Indonesia. Kali ini, mereka merilis film terbaru berjudul Shutter, sebuah karya yang tidak hanya menjanjikan ketegangan seram, tetapi juga menyajikan kritik sosial yang relevan dengan realitas masa kini.

Film Shutter merupakan remake dari film horor legendaris Thailand karya Banjong Pisanthanakun. Sutradara Herwin Novianto memimpin versi Indonesia ini, menggabungkan elemen teror psikologis, supranatural, dan isu sosial. Hasilnya, Shutter menjadi lebih dari sekadar tontonan horor, melainkan medium refleksi tentang keadilan dan trauma. Scroll untuk tahu cerita lengkapnya, yuk!

Kisah Shutter berpusat pada Darwin (diperankan oleh Vino G. Bastian), seorang fotografer muda. Kehidupan Darwin berubah drastis setelah ia dan kekasihnya, Pia (Anya Geraldine), terlibat dalam kecelakaan tragis di jalan sepi. Mereka menabrak seorang wanita misterius. Peristiwa kelam itu menjadi awal dari mimpi buruk tak berujung.

Tak lama setelah kejadian tersebut, Darwin mulai melihat bayangan aneh di setiap hasil fotonya. Sosok perempuan yang sama terus-menerus muncul, menatap tajam dari balik kegelapan. Penasaran, Pia akhirnya menemukan fakta mencengangkan: sosok tersebut bukan sekadar roh penasaran, melainkan korban dari kejahatan masa lalu, khususnya penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan kampus.

Penelusuran Pia membongkar rahasia kelam yang selama ini Darwin sembunyikan. Rahasia itu mencakup isu pelecehan seksual di kampus, ketidaksetaraan gender, hingga lemahnya mekanisme pelaporan yang sering kali membuat korban memilih bungkam. Teror yang mereka hadapi, ternyata, tidak hanya datang dari dunia gaib, tetapi juga dari rasa bersalah dan ketidakadilan yang belum terselesaikan.

Shutter tidak hanya menghadirkan kengerian visual dan emosional, tetapi juga membawa pesan penting agar kampus menjadi tempat yang aman bagi seluruh sivitas akademika. Film ini melancarkan kampanye #SafespaceForAll, sebuah upaya untuk mengingatkan publik bahwa pelecehan seksual merupakan masalah sistemik yang perlu diatasi bersama.

Frederica, Produser Falcon Pictures, menegaskan bahwa Shutter menawarkan dua lapisan pengalaman bagi penonton.

“Di permukaannya ini adalah film horor mencekam. Tapi di balik itu, Shutter menyimpan pesan tentang keadilan dan keberanian untuk bersuara. Kami ingin penonton bukan hanya takut, tapi juga tersentuh dan berpikir,” ujar Frederica.

Halaman Selanjutnya

Sutradara Herwin Novianto menambahkan, ia ingin menciptakan film horor yang memiliki soul atau jiwa.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |