Viral Warga Pekalongan Tertipu Rp2,6 Miliar Demi Anak Masuk Akpol Sampai Jual Rubicon dan Mini Cooper

4 hours ago 4

Minggu, 26 Oktober 2025 - 17:40 WIB

Pekalongan, VIVA – Belum lama ini media sosial tengah dihebohkan dengan kasus seorang warga asal pekalongan tertipu. Warga bernama Dwi Purwanto ini menjadi korban penipuan dengan kerugian mencapai Rp2,6 miliar setelah dijanjikan anaknya bisa lolos Akademi Kepolisian (Akpol) melalui jalur khusus oleh empat orang pelaku, dua di antaranya merupakan anggota aktif Polri.

Kasus ini terbongkar setelah Purwanto menyadari bahwa janji masuk Akpol yang dijanjikan hanyalah kebohongan. Ia melaporkan kejadian ini ke Polda Jawa Tengah pada Agustus 2025.

Dari hasil penyelidikan sementara, dua pelaku utama diketahui berstatus anggota aktif Polres Pekalongan, yaitu Aipda F dan Bripka AUK. Keduanya mengaku memiliki “jalur internal” dan bisa meloloskan anak korban ke Akpol asal membayar sejumlah uang.

Demi membayar, Purwanto menjual dua mobil mewah, Rubicon dan Mini Cooper, serta meminjam dari saudara.

“Katanya ini kuota khusus, tinggal bayar Rp3,5 miliar. Uang itu hasil kerja keras saya. Demi anak, saya percaya. Tapi ternyata saya ditipu,” kata Dwi, dikutip VIVA dari Instagram @fakta.indo Minggu, 26 Oktober 2025.

Kasus terungkap setelah anak Purwanto gagal tes kesehatan seleksi Akpol, meski orang tua telah menyerahkan uang secara bertahap, termasuk uang muka Rp500 juta dan beberapa transfer berikutnya. Korban melapor ke Polda Jawa Tengah pada Agustus 2025.

Selain dua anggota polisi itu, penyidik juga menetapkan dua warga sipil lainnya sebagai tersangka yang berperan sebagai perantara dan penghubung antara korban dan pelaku utama.

Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto, menegaskan bahwa penyidikan terhadap keempat pelaku akan dilakukan secara profesional, transparan, dan akuntabel.

“Kasus ini melibatkan empat pelaku, dua oknum Polri dan dua warga sipil. Masih bertugas dan setelah dilakukan proses penyidikan, tentunya mereka ini akan dilakukan tindakan khusus,” ujar Artanto.

Namun, komunikasi mulai sulit dilakukan. Beberapa pelaku menghindar, sementara dua oknum polisi tersebut beralasan bahwa proses sedang “tertunda secara internal”. Merasa ditipu, Dwi akhirnya melapor ke pihak berwajib.

Penyidik Polda Jawa Tengah kini masih mendalami kemungkinan keterlibatan pihak lain dalam kasus ini. Tidak menutup kemungkinan ada jaringan yang lebih luas di balik praktik penipuan dengan modus serupa.

Halaman Selanjutnya

Kasus ini menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa seleksi masuk Akpol tidak bisa dibeli dengan uang, dan kepercayaan berlebihan kepada pihak yang menjanjikan “jalan mudah” justru bisa berujung kerugian besar.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |