VIVA – Dalam era modern yang serba praktis, makanan olahan dan siap saji telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup banyak orang. Namun, tanpa disadari, sebagian dari makanan tersebut mengandung zat berbahaya yang mengancam kesehatan, salah satunya adalah lemak trans (trans fat). Lemak ini kerap ditemukan dalam berbagai produk makanan komersial, seperti biskuit, makanan cepat saji, donat, dan margarin tertentu.
Lemak trans adalah jenis lemak tidak jenuh yang telah mengalami proses hidrogenasi parsial, yakni proses kimia yang mengubah minyak cair menjadi bentuk padat agar lebih stabil secara kimia dan memiliki masa simpan yang lebih lama. Proses ini dulunya dianggap efisien bagi industri makanan, namun kini terbukti membawa dampak negatif serius bagi kesehatan manusia.
Mengapa Lemak Trans Berbahaya?
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi lemak trans dapat:
- Meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat),
- Menurunkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik),
- Meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,
- Memicu stroke, peradangan, hingga beberapa jenis kanker,
- Memengaruhi resistensi insulin, yang bisa memicu diabetes tipe 2.
WHO bahkan meluncurkan inisiatif global REPLACE yang menyerukan penghapusan total lemak trans dari rantai makanan dunia pada tahun 2023.
Sebagai respons terhadap meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi seimbang dan makanan sehat, sebuah talkshow bertema Trans Fat Free for A Fit Life diselenggarakan pada 29 Mei 2025 di Main Atrium AEON BSD City. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi publik tentang bahaya lemak trans serta mengajak masyarakat untuk mulai cermat dalam memilih bahan makanan yang dikonsumsi.
Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara, antara lain health enthusiast Reisa Broto Asmoro, publik figur Marshanda, serta perwakilan dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Dalam diskusinya, Reisa menjelaskan bahwa lemak trans dapat memicu berbagai penyakit kronis. Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih teliti terhadap label gizi pada produk makanan, khususnya memastikan produk tersebut bebas dari lemak trans.
Sementara itu, Wiranti selaku Brand Manager Forvita mengatakan bahwa Forvita yang sudah diluncurkan sejak tahun 2005, konsisten memberikan produk margarin yang bebas lemak trans. Ia menyampaikan komitmennya dalam mendukung gaya hidup sehat. Produk margarin mereka diklaim mengandung 0% lemak trans, sehingga lebih aman dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan seimbang.
Dalam acara tersebut, juga diluncurkan program bertema Care for Life sebagai bentuk kepedulian terhadap penyintas kanker payudara. Setiap pembelian For Vita selama periode promosi di bulan Juni 2025 akan berkontribusi pada kegiatan edukasi dan pendampingan penderita kanker payudara di Indonesia.
Ketua Bidang Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia, Nani Firmansyah, menekankan pentingnya deteksi dini melalui gerakan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), mengingat kanker payudara masih menjadi kasus kanker tertinggi di Indonesia.
Public figure Marshanda, yang kini tampil lebih sehat dan bugar, membagikan kiat hidup sehat ala dirinya yang mencakup pola makan berkualitas. Ia menekankan pentingnya memilih bahan makanan yang sehat, termasuk menghindari lemak trans, sebagai langkah menjaga tubuh dan mental tetap fit.
Halaman Selanjutnya
Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara, antara lain health enthusiast Reisa Broto Asmoro, publik figur Marshanda, serta perwakilan dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Dalam diskusinya, Reisa menjelaskan bahwa lemak trans dapat memicu berbagai penyakit kronis. Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih teliti terhadap label gizi pada produk makanan, khususnya memastikan produk tersebut bebas dari lemak trans.