Anindya Bakrie Pede Kerjasama Produk Sawit RI-Tajikistan Bisa Tembus ke Pasar Eropa

3 hours ago 1

Kamis, 6 Maret 2025 - 18:38 WIB

Jakarta, VIVA - Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie berharap rencana kerja sama perdagangan antara Indonesia-Tajikistan yang salah satunya mencakup komoditas produk minyak kelapa sawit mampu jadi jembatan untuk menembus pasar Eropa.

Sebab, selama ini Uni Eropa selalu menolak untuk menerima produk-produk sawit asal Indonesia. Penolakan itu terkait tudingan masalah lingkungan dan deforestasi.

Anindya pun menegaskan tak menutup kemungkinan jika kerja sama perdagangan dengan Tajikistan terwujud maka akan bisa jadi jalan pembuka bagi masuknya produk sawit Indonesia ke Eropa.

"Menurut saya itu mungkin sekali. Karena dari Tajikistan tidak pernah ada masalah untuk mengekspor ke Eropa," kata Anindya di Menara Kadin Indonesia, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 6 Maret 2025.

Meski demikian, dia mengakui masih diperlukan kajian lebih lanjut terkait wacana tersebut. Sebab, apabila hal itu bisa terlaksana, maka tak menutup kemungkinan produk sawit Indonesia bisa memiliki pasar di Eropa maupun di Asia Tengah, melalui kerja sama dengan Tajikistan tersebut.

"Jadi, ini bisa dikaji lebih lanjut. Mungkin ini salah satu cara melayani Asia Tengah dan Eropa, sehingga mungkin ini bisa menjadi win-win solution dan membuka pasar," lanjut Anindya.

"Karena ini sebenarnya juga bagus untuk pasar-pasar yang menentang (sawit Indonesia), serta bagus juga untuk negaranya dan regionalnya. Sebab ini bisa meningkatkan perdagangan antara Tajikistan dan negara-negara tetangganya," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Tajikistan untuk RI, Ardasher Qodiri, turut mengamini kemungkinan tersebut. Maka itu, ia menyarankan agar produk-produk sawit Indonesia yang dicekal Eropa dengan alasan masalah lingkungan dan deforestasi itu, nanti bisa kembali diproses menjadi sawit hijau menggunakan hidro energi yang marak dimanfaatkan di Tajikistan.

"Bahkan kita menyarankan kepada Pak Anindya Bakrie bahwa palm oil Anda juga bisa diubah menjadi palm oil hijau, untuk diekspor ke negara-negara lain yang mencoba untuk menghentikan palm oil Indonesia. Cara ini diharapkan akan menjadi sejenis penyelesaian," jelas Qodiri.

"Karena semua yang kita produksi itu 98 persennya berasal dari hidro energi. Apa yang kita produsi secara internal, semuanya ekonomi hijau," tuturnya. 

Menurut dia, dengan cara itu maka akan ada penyelesaian yang menguntungkan semua pihak. "Bukan hanya untuk Tajikistan, untuk Indonesia, bahkan juga untuk pembeli palm oil itu sendiri," ujarnya.

Halaman Selanjutnya

"Karena ini sebenarnya juga bagus untuk pasar-pasar yang menentang (sawit Indonesia), serta bagus juga untuk negaranya dan regionalnya. Sebab ini bisa meningkatkan perdagangan antara Tajikistan dan negara-negara tetangganya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |