Apakah Kulit Glowing Kini Jadi Standar Kesuksesan Perempuan?

5 days ago 6

Senin, 14 April 2025 - 18:08 WIB

Jakarta, VIVA – Tren kulit glowing kini tak sekadar menjadi preferensi kecantikan, melainkan mulai dianggap sebagai simbol kesuksesan, khususnya di kalangan perempuan. Media sosial, industri kecantikan, dan budaya populer dinilai memiliki peran besar dalam membentuk standar baru ini.

Pertanyaannya, benarkah kulit glowing kini menjadi tolok ukur keberhasilan perempuan modern? Scroll lebih lanjut ya.

Kulit Glowing: Tren yang Mengakar

Istilah kulit glowing mengacu pada kulit yang tampak sehat, cerah, lembap, dan bebas dari masalah kulit seperti jerawat atau kusam. Tren ini awalnya populer dari industri kecantikan Korea Selatan dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Saat ini, konten bertema “cara mendapatkan kulit glowing” menjadi salah satu topik paling dicari di berbagai platform digital.

Tak sedikit figur publik, influencer, hingga pekerja profesional yang menyematkan “glowing skin” sebagai bagian dari branding diri mereka. Tampilan kulit yang sempurna ini seolah-olah merepresentasikan gaya hidup sehat, keberhasilan finansial, dan disiplin merawat diri.

Visualisasi Kesuksesan di Era Media Sosial

Dalam era digital yang serba visual, pencapaian seseorang kerap diwakili oleh penampilan. Di berbagai platform seperti Instagram dan TikTok, kulit glowing sering kali diasosiasikan dengan hidup yang “ideal”—sehat, mapan, dan bahagia. Banyak perempuan merasa terdorong untuk tampil sempurna sebagai bagian dari ekspektasi sosial.
Psikolog sosial menyebut fenomena ini sebagai bentuk beauty pressure, yakni tekanan untuk memenuhi standar kecantikan tertentu demi diterima secara sosial maupun profesional.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Standar glowing tidak datang tanpa konsekuensi. Tidak semua perempuan memiliki akses yang setara terhadap produk perawatan kulit yang berkualitas maupun waktu untuk menjalani rutinitas perawatan yang kompleks. Hal ini menimbulkan kesenjangan serta tekanan sosial, terutama di kalangan remaja dan perempuan usia produktif.
Selain itu, biaya untuk memenuhi standar glowing bisa sangat tinggi. Data dari Statista mencatat bahwa belanja produk perawatan kulit di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, terutama di kalangan urban dan kelas menengah.

Kapitalisasi oleh Industri Kecantikan

Industri kecantikan memegang peran penting dalam memperkuat narasi bahwa glowing adalah sebuah “keharusan”. Berbagai produk skincare dipasarkan dengan pesan yang menekankan bahwa kulit cerah dan sehat adalah bentuk self-love, sekaligus simbol pencapaian pribadi.

Namun, sebagian pengamat menilai bahwa narasi tersebut justru mengaburkan batas antara perawatan diri yang sehat dan obsesi terhadap penampilan.

Menggugat Standar Kesuksesan

Pakar gender dan budaya menyebut bahwa definisi sukses seharusnya tidak ditentukan oleh tampilan fisik semata. Pencapaian akademik, karier, peran dalam keluarga, serta kesehatan mental adalah aspek-aspek penting yang layak mendapat pengakuan serupa.

Dalam konteks ini, kulit glowing bisa menjadi bagian dari self-care, namun tidak sepatutnya menjadi syarat utama untuk dianggap sukses.

Halaman Selanjutnya

Standar glowing tidak datang tanpa konsekuensi. Tidak semua perempuan memiliki akses yang setara terhadap produk perawatan kulit yang berkualitas maupun waktu untuk menjalani rutinitas perawatan yang kompleks. Hal ini menimbulkan kesenjangan serta tekanan sosial, terutama di kalangan remaja dan perempuan usia produktif.Selain itu, biaya untuk memenuhi standar glowing bisa sangat tinggi. Data dari Statista mencatat bahwa belanja produk perawatan kulit di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, terutama di kalangan urban dan kelas menengah.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |