Webinar “Kiat Publikasi Jurnal Scopus” Ungkap Praktik Predatory di Indonesia

4 hours ago 2

Sabtu, 19 April 2025 - 21:30 WIB

Jakarta, VIVA –  Ravi Institute, sebagai anggota resmi dari Researcher Academy Elsevier, telah sukses menyelenggarakan webinar nasional bertajuk “Kiat Publikasi Jurnal Scopus” pada Kamis, 17 April 2025. Kegiatan ini diikuti secara antusias oleh para dosen dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Idrisiyyah dan menghadirkan para narasumber ahli dari institusi bergengsi.

Ketiga narasumber tersebut adalah Nurzanah Ma’rufa (Ravi Institute, Indonesia), Ulung Jantama Wisha (BRIN, Indonesia), dan Viqqi Kurnianda (University of the Ryukyus, Jepang). Mereka memaparkan berbagai strategi teknis dan desain penulisan artikel ilmiah yang berpeluang tinggi diterima oleh jurnal bereputasi, khususnya Scopus, dari perspektif editor dan reviewer jurnal.

“Dalam melakukan riset dan pengumpulan data, sangat dilarang untuk memanipulasi metode maupun hasil. Ini adalah cerminan integritas seorang penulis,” tegas Nurzanah dalam pemaparannya.

Sementara itu, Ulung menekankan pentingnya memahami proses editorial dan sikap yang tepat dalam menghadapi revisi. “Pengalaman menghadapi revisi atau bahkan penolakan tidak bisa diperoleh dalam satu hari. Ini membutuhkan mindset positif dan ketekunan bahwa revisi bukanlah akhir dari segalanya,” ujarnya.

Sesi yang paling menyedot perhatian peserta adalah pemaparan mendalam mengenai cara mengidentifikasi jurnal dan penerbit predator, discontinued, hijack, serta praktik cloning/mirroring. Viqqi memaparkan studi kasus konkret di Indonesia dan menunjukkan fakta mencengangkan.

“Sangat disayangkan, lebih dari 58 ribu akademisi Indonesia terjebak dalam jurnal predator. Hal ini terjadi karena minimnya pemahaman dan desakan kebutuhan administratif untuk lulus maupun naik jabatan. Banyak penerbit nakal memanfaatkan kondisi ini,” jelas Viqqi.

Ia juga menambahkan temuan dari lapangan, seperti adanya penawaran booking slot hingga 100 artikel untuk jurnal SINTA 2 dengan biaya tertentu. “Semua orang memang punya hak untuk mempublikasikan artikel sebanyak mungkin, tapi model seperti ini adalah contoh nyata praktik predator,” tegasnya.

Viqqi juga mengungkap bahwa beberapa penerbit lokal berbentuk CV menawarkan janji palsu dengan review instan tiga hari atau bahkan Letter of Acceptance (LoA) yang diberikan sebelum artikel direview. “Mereka bisa menjanjikan LoA dalam 5 hari untuk jurnal SINTA dan 1-2 bulan untuk jurnal Scopus karena mereka adalah pemilik atau bekerja sama melalui pintu belakang, bukan melalui jalur resmi,” tambahnya.

Ketua STAI Idrisiyyah, Dr. Ir. Irfan Budiono, M.M., memberikan apresiasi tinggi terhadap acara ini. Menurutnya, webinar ini sangat membantu institusinya dalam penguatan kapasitas dosen serta membangun rekam jejak publikasi yang kredibel dan terbebas dari jeratan jurnal predator.

Webinar ini merupakan bagian dari komitmen Ravi Institute bersama Researcher Academy Elsevier untuk mendorong budaya akademik yang berintegritas dan bermutu tinggi di kalangan dosen dan peneliti Indonesia.

Halaman Selanjutnya

Viqqi juga mengungkap bahwa beberapa penerbit lokal berbentuk CV menawarkan janji palsu dengan review instan tiga hari atau bahkan Letter of Acceptance (LoA) yang diberikan sebelum artikel direview. “Mereka bisa menjanjikan LoA dalam 5 hari untuk jurnal SINTA dan 1-2 bulan untuk jurnal Scopus karena mereka adalah pemilik atau bekerja sama melalui pintu belakang, bukan melalui jalur resmi,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |