Jakarta, VIVA – Dari pengalaman pribadi yang melekat sejak kecil, Harry Dagoe Suharyadi melahirkan sebuah karya horor berjudul Terikat Jalan Setan. Film ini menjadi perenungan sekaligus peringatan tentang hadirnya dunia gaib yang berdampingan dengan kemajuan zaman modern.
"Sejak kecil, saya hidup di antara dua dunia. Satu yang modern, bergerak cepat dari lampu petromaks ke listrik, dari radio menuju televisi hingga internet. Satunya lagi, dunia gaib yang tersembunyi namun selalu hadir; perdukunan, okultisme, dan ritual mistis yang berdampingan dengan kemajuan zaman," ujar Harry Dagoe, yang bertindak sebagai penulis, sutradara, sekaligus produser film ini. Scroll lebih lanjut ya.
Film Terikat Jalan Setan merupakan eksplorasi pengalaman Harry Dagoe sejak 1979 hingga dewasa. Ia menggambarkan bagaimana tekanan hidup di tengah modernitas mendorong sebagian masyarakat mencari jalan pintas melalui dunia mistis.
"Film ini lahir dari kegelisahan saya melihat masyarakat hidup dalam kemajuan tetapi tak berdaya menghadapi tekanan hidup. Banyak orang akhirnya mengambil jalan pintas lewat dunia mistis, tekanan yang bahkan terasa lebih menghimpit dibanding masa penjajahan dulu," jelasnya.
Dengan menyuguhkan tiga cerita horor yang saling berkaitan, film ini menyajikan potret otentik praktik okultisme lokal, terutama yang berkembang di tanah Jawa. Harry Dagoe secara tegas menolak pendekatan horor bergaya Barat yang menurutnya seringkali hanya mengedepankan sensasi tanpa makna budaya yang dalam.
"Memindahkan okultisme lokal ke layar lebar dengan gaya Barat seperti 'pemerkosaan' budaya bagi saya," ungkapnya.
"Saya sangat hati-hati dan fokus dalam menyatukan skrip, visual, dan montage agar mampu menghadirkan atmosfer mistis lokal secara sinematik, memberikan dampak emosional mendalam yang bertahan lama setelah penonton meninggalkan bioskop," sambungnya.
Ilustrasi film bioskop akan tayang
Yama Carlos, yang memerankan tokoh Bismo, mengaku mendapatkan pengalaman akting yang tidak biasa selama proses produksi film ini.
"Mas Harry Dagoe itu gila kalau membuat film. Selama 25 tahun saya berkarya sebagai aktor, baru kali ini distutradarai dengan perspektif pengadeganan yang sangat unik, yang belum pernah saya alami sebelumnya... Beliau membuat kami benar-benar larut dalam peristiwa fiktif yang terasa nyata—baik cinta, kemarahan, hingga kehadiran sosok gaib di depan kami," katanya.
Pengalaman mistis pun dirasakan oleh aktris senior Erna Santoso. Ia mengalami kejadian yang tak bisa dijelaskan secara logika saat menjalani syuting malam hari.
"Saya pernah mendadak vertigo dan lupa dialog saat syuting malam hari. Saat panik, Mas Harry hanya menenangkan saya pelan-pelan. Anehnya, setelah beberapa menit, adegan tersebut ternyata sudah selesai direkam, dengan hasil yang sangat baik bagi mas Harry. Itu pengalaman gaib pertama saya di lokasi syuting sepanjang puluhan tahun menjadi pemeran," katanya.
Halaman Selanjutnya
"Saya sangat hati-hati dan fokus dalam menyatukan skrip, visual, dan montage agar mampu menghadirkan atmosfer mistis lokal secara sinematik, memberikan dampak emosional mendalam yang bertahan lama setelah penonton meninggalkan bioskop," sambungnya.