Garut, VIVA – Dunia kedokteran kembali tercoreng akibat bermunculan kasus pelecehan seksual yang dilakukan dokter terhadap pasiennya. Satu yang tak kalah heboh adalah aksi bejat dokter kandungan berinisial MSF terhadap pasien ibu hamil di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Bahkan belakangan diketahui, sang dokter melakukan pelecehan seksual pada lebih dari satu pasien.
Dari keterangan yang digali, polisi mengetahui bagaimana cara tersangka menjalankan aksinya melecehkan pasien di ruang pemeriksaan. Diketahui, pelaku kerap kali mengalihkan fokus suami yang mendampingi pasien yang sedang memeriksakan kandungan kepadanya. Scroll untuk informasi selengkapnya!
“Jadi para korban ini pertama kali melakukan USG di klinik ini pertama biasa saja. Setelah kedua kalinya mereka kembali lagi memeriksakan diri pada pelaku, barulah pelaku melakukan pelecehan itu,” ungkap Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Garut AKP Joko Prihatin, Selasa malam, 22 April 2025.
Sosok Dokter Kandungan di Garut yang Lecehkan Ibu Hamil saat USG
Aksi pelaku baru diketahui masyarakat setelah videonya viral di media sosial. Kini pelaku telah diamankan oleh aparat dari Polres Garut.
Meski sudah ditangkap, kasus ini tentu membuat wanita was-was dan merasa takut jika harus menjalani pemeriksaan ke dokter. Lalu, bagaimana seharusnya prosedur yang benar jika menjalani pemeriksaan sebagai langkah antisipasi dan perlindungan diri?
Dokter Subspesialis Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam, DR. dr. Andhika Rahman, Sp.PD-KHOM, turut memberikan tanggapannya. Menurut dia, karena menjalani pemeriksaan USG kehamilan, seharusnya yang dilakukan hanya seputar pemeriksaan tersebut dan tidak untuk tindakan yang lain.
“Sebenarnya tindakan yang dilakukan adalah USG kehamilan, jadi tidak untuk tindakan yang lain. Itu yang penting satu,” ujar dr Andhika ditemui di acara Together We Thrive: Oncologist & Patient in Conversation, yang digelar Siloam MRCCC Hospital bersama Roche Indonesia di Jakarta, Selasa 22 April 2025.
Kemudian, jika pemeriksaan yang dilakukan merujuk pada bagian-bagian tubuh yang sensitif, menurut dokter Andhika, seharusnya dokter memberitahu pasien terlebih dahulu.
“Kedua, bagi dokter, pemeriksaan-pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sifatnya sensitif. Jadi kalau saya, urusan saya 80 persen berhubungan dengan kanker payudara dan kebanyakan pasien saya umur-umur muda, 25-40 tahun, sehingga karena itu sensitif, ketika akan melakukan pemeriksaan kita (dokter) ngomong ‘kita kerjakan ini ya’. Artinya memberitahu,” bebernya.
Lalu, satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah, ketika melakukan pemeriksaan, harus ada pendamping.
“Ketiga, ada pendamping. Pendamping ini perawat yang jenis kelaminnya sama dengan yang diperiksa (pasien),” pungkas dokter yang berpraktik di MRCCC Siloam Hospitals itu.
Halaman Selanjutnya
“Sebenarnya tindakan yang dilakukan adalah USG kehamilan, jadi tidak untuk tindakan yang lain. Itu yang penting satu,” ujar dr Andhika ditemui di acara Together We Thrive: Oncologist & Patient in Conversation, yang digelar Siloam MRCCC Hospital bersama Roche Indonesia di Jakarta, Selasa 22 April 2025.