Angka Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Tinggi, Ini Alasan Skrining Dini Penting

4 hours ago 3

Rabu, 23 April 2025 - 09:20 WIB

Jakarta, VIVA – Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktural pada jantung yang terjadi sejak bayi lahir. Kondisi ini merupakan salah satu kelainan bawaan paling umum dan menjadi penyebab utama morbiditas serta mortalitas pada anak-anak.

Di Indonesia, dengan angka kelahiran sekitar 5 juta bayi per tahun, diperkirakan terdapat 45.000 hingga 50.000 bayi yang lahir dengan PJB setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 12.500 bayi mengalami PJB kritis yang memerlukan penanganan medis segera dalam tahun pertama kehidupan mereka. Scroll untuk info selengkapnya!

Sayangnya, hanya sekitar 6.000 anak dengan PJB yang mendapatkan penanganan medis setiap tahun, sementara sisanya belum tertangani, yang dapat berujung pada kematian. Keterbatasan ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas medis khusus dan tenaga medis terlatih, serta tingginya biaya pengobatan yang menjadi beban bagi banyak keluarga.

Skrining dini untuk PJB sangat penting, terutama bagi anak-anak yang memiliki riwayat PJB dalam keluarga. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik yang berperan cukup besar dalam terjadinya PJB. Jika salah satu anggota keluarga, terutama orangtua atau saudara kandung, pernah mengalami PJB, maka risiko anak untuk mengalami kondisi serupa akan meningkat secara signifikan.

"Apabila di keluarganya seperti siblings, orangtua, atau saudaranya yang punya riwayat penyakit jantung bawaan itu 2-3 persen bisa terjadi. Makanya perlu skrining. Kita sampaikan ke orangtua kalau ada penyakit jantung bawaan dari keluarga maka anaknya harus dicek," jelas Sekretaris Jenderal PERKI, dr.. Oktavia Lilyasari, Sp.JP(K), dalam Konferensi Pers Peluncuran #Bear4love Yayasan RMHC X MoT, di Jakarta, Selasa 22 April 2025.

Bear4love RMHC

Photo :

  • VIVA.co.id/Rizkya Fajarani Bahar

PJB merupakan kondisi yang harus ditangani sedini mungkin, terutama dalam masa yang disebut sebagai “golden period”, yaitu waktu emas penanganan optimal yang biasanya terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan atau bahkan dalam beberapa minggu setelah lahir, tergantung jenis dan beratnya kelainan.

Jika golden period terlewat, maka risiko yang muncul antara lain kerusakan permanen pada jantung dan paru-paru, kondisi jantung menjadi tidak operable, gagal tumbuh, hingga kematian mendadak.

"Kalau terlambat, ada pada satu titik nggak akan bisa kembali. Ada satu golden period di mana dia harus bisa kembali ke titik itu. Ada beberapa penyakit jantung bawaan yang kondisinya kritis dan kompleks sehingga nggak bisa kembali ke kondisi normal," paparnya. 

Dengan semangat untuk terus membagikan kebahagiaan  Yayasan Ronald McDonald House of Charity (RMHC) melalui kolaborasi dengan Museum of Toys (MoT) hari ini resmi meluncurkan Intelectual Property #Bear4love. Kolaborasi ini bertujuan untuk penggalangan dana pembangunan rumah singgah keempat Yayasan RMHC yang berlokasi di Kemanggisan, Jakarta Barat. Rumah singgah ini berkapasitas 66 kamar yang diperuntukkan bagi pasien anak dengan sakit kronis dan keluarganya yang sedang menjalani pengobatan di RSJPD Harapan Kita, RSAB Harapan Kita & RS Kanker Dharmais. 

Halaman Selanjutnya

Jika golden period terlewat, maka risiko yang muncul antara lain kerusakan permanen pada jantung dan paru-paru, kondisi jantung menjadi tidak operable, gagal tumbuh, hingga kematian mendadak.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |