Jakarta, VIVA – PT Bank Permata Tbk (BNLI) alias Permata Bank melaporkan laba bersih sebesar Rp 789 miliar di kuartal I-2025. Perolehan itu diketahui turun 2,2 persen, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu yang sebesar Rp 807 miliar.
Melalui laporan keuangan yang tidak diaudit, Manajemen BNLI mengatakan bahwa perseroan juga membukukan pendapatan bunga (termasuk syariah) sebesar Rp 4,26 triliun. Perolehan itu meningkat 2,8 persen dibandingkan kuartal I-2024 yang sebesar Rp 2,44 triliun
"Kenaikan kinerja pada top line meskipun tertekan dari sisi bottom line, mencerminkan bisnis masih tumbuh namun dihadapkan pada biaya yang terus meningkat," kata Manajemen BNLI dalam keterangannya, dikutip Rabu, 23 April 2025.
Ilustrasi asuransi/keuangan.
Hal itu misalnya dapat dilihat dari laju kenaikan beban bunga yang lebih tinggi yakni 4,4 persen, dari Rp1,75 triliun menjadi Rp1,82 triliun. Namun, pendapatan bunga bersih masih naik 3,1 persen dari Rp 2,39 triliun menjadi Rp 2,44 triliun.
Sementara pendapatan non-bunga alias fee based income naik 23,8 persen di kuartal I-2025. Pendapatan dari segmen ini tercatat Rp 466 miliar dan pada tiga bulan pertama di 2025 menembus Rp 578 miliar.
Kenaikan serupa juga terjadi pada beban operasional sebesar 9,8 persen menjadi Rp 1,99 triliun, dan mengindikasikan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) BNLI naik dari 63 persen menjadi 66 persen di kuartal I-2025.
Selanjutnya, penyaluran kredit hingga 31 Maret 2025 mencapai Rp 145,6 triliun, atau tumbuh tipis 1,22 persen. Namun, kualitas aset tercatat membaik dan tercermin dari Rasio Kredit Bermasalah (NPL) bruto menjadi 1,98 persen, atau turun dari posisi akhir tahun lalu sebesar 2,05 persen. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) relatif stabil di angka Rp11,97 triliun.
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp187,7 triliun, naik 1,01 persen. Porsi dana murah berupa giro dan tabungan mencapai Rp110,2 triliun atau 59 persen dari total DPK.
"Posisi Capital Adequacy Ratio (BNLI) terjaga di level 33,61 persen, sementara Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di 77,6 persen hingga 31 Maret 2025," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Selanjutnya, penyaluran kredit hingga 31 Maret 2025 mencapai Rp 145,6 triliun, atau tumbuh tipis 1,22 persen. Namun, kualitas aset tercatat membaik dan tercermin dari Rasio Kredit Bermasalah (NPL) bruto menjadi 1,98 persen, atau turun dari posisi akhir tahun lalu sebesar 2,05 persen. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) relatif stabil di angka Rp11,97 triliun.