Benarkah Royalti Musik Sampai ke Pencipta Lagu? WAMI Beri Jawaban

3 hours ago 2

Kamis, 6 Februari 2025 - 18:25 WIB

Jakarta, VIVA – Wahana Musik Indonesia (WAMI) mengungkap berbagai tantangan yang dihadapi dalam menghimpun dan mendistribusikan royalti bagi para pencipta lagu. Salah satu kendala utama yang menjadi perhatian adalah membangun kepercayaan dari berbagai pihak yang terlibat dalam ekosistem musik di Indonesia.

Presiden Direktur WAMI, Adi Adrian, menjelaskan bahwa masih banyak pihak yang mempertanyakan transparansi dalam pendistribusian royalti. Hal ini mencakup baik anggota WAMI, yakni para musisi dan pencipta lagu, maupun pihak yang melakukan pembayaran royalti. Scroll lebih lanjut ya.

“Tantangan utama kami adalah mendapatkan kepercayaan, bukan hanya dari anggota, tetapi juga dari pihak yang membayar. Mereka sering bertanya, ‘Apakah pembayaran ini benar-benar sampai ke yang berhak?’” ujar Adi dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, pada Rabu, 5 Februari 2025.

Dalam upaya memastikan transparansi dan akurasi dalam distribusi royalti, WAMI telah mengembangkan sistem berbasis teknologi bernama ATLAS. Adi menegaskan bahwa dengan kehadiran sistem ini, royalti yang dihimpun dapat disalurkan secara adil kepada para pencipta lagu yang berhak menerimanya.

“Kami memastikan bahwa royalti benar-benar sampai ke pihak yang berhak. Untuk itu, kami telah membangun sistem yang memungkinkan pendistribusian berjalan dengan baik,” jelasnya.

Lebih lanjut, Adi menekankan bahwa WAMI berkomitmen untuk mengelola royalti dengan penuh transparansi guna menghindari risiko yang dapat merusak kepercayaan publik. Oleh karena itu, sistem ATLAS diharapkan dapat menjadi solusi yang efektif dalam menjamin akurasi pendistribusian royalti kepada para pemegang hak.

Sebelumnya, WAMI telah memperkenalkan sistem ATLAS sebagai langkah maju dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan royalti bagi pencipta lagu, penulis lagu, dan pemegang hak lainnya. Sistem ini dirancang untuk memastikan pendistribusian royalti dilakukan dengan lebih akurat dan adil.

Adi menjelaskan bahwa ATLAS merupakan hasil pengembangan selama beberapa tahun terakhir. Namun, proses implementasinya sempat mengalami kendala akibat perlunya penyesuaian data yang terus diperbarui.

“Sistem ini terus berkembang. Sebelumnya, kami menggunakan sistem DIVA, lalu beralih ke ATLAS. Proses migrasi ini membutuhkan penyesuaian data serta berbagai penyempurnaan agar dapat beroperasi secara optimal,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya

Source : pixabay

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |