Bern, VIVA – Sebuah desa di Pegunungan Alpen Swiss porak-poranda pada Rabu, 28 Mei 2025, setelah gletser besar di atasnya runtuh, menimbulkan batu, es, dan puing dalam jumlah banyak, yang meluncur deras menuruni lereng gunung.
Peristiwa dramatis itu melanda desa Blatten, wilayah Valais, tak jauh dari ibu kota Bern. Beruntung, tak ada korban jiwa sejauh ini berkat evakuasi dini yang dilakukan pada 19 Mei, setelah para ilmuwan memperingatkan kemungkinan bencana.
Sebanyak 300 penduduk berhasil dipindahkan, bahkan domba dan sapi yang tengah merumput pun dievakuasi dengan helikopter.
Hotel di pegunungan Alpen.
Photo :
- http://www.onvsoff.com/
"Apa yang terjadi adalah hal yang tidak terpikirkan, skenario terburuk yang dahsyat," kata Christophe Lambiel, ahli geologi gletser dari Universitas Lausanne, dikutip dari NPR, Jumat 30 Mei 2025.
Lambiel menyebutkan bahwa tanda-tanda awal telah terlihat, seperti meningkatnya jumlah batu yang jatuh dari lereng gunung ke atas gletser. Namun, ia menegaskan bahwa keruntuhan total seperti ini tidak pernah diprediksi sebelumnya.
Rekaman video saat gletser runtuh pun menjadi viral di media sosial pada Rabu sore. Gumpalan besar debu membubung ke udara, membentuk awan pekat.
Dalam siaran pers yang dirilis Kamis, 29 Mei 2025, pemerintah daerah Valais mengonfirmasi bahwa Gletser Birch runtuh hampir seluruhnya di atas desa Blatten.
Es dan batu setebal beberapa puluh meter kini menutupi lembah, membentang sejauh satu mil.
“Kerusakannya cukup parah,” bunyi pernyataan resmi itu.
Bencana ini juga menyebabkan aliran sungai tersumbat, menciptakan danau baru yang bisa memicu risiko sekunder. “Tantangannya terletak pada perilaku akumulasi air ini dan Sungai Lonza, yang dapat menyebabkan aliran lava deras jika sungai meluap ke endapan tersebut,” jelas pemerintah.
Satu orang, pria berusia 64 tahun, dilaporkan hilang. Namun pencarian untuk sementara dihentikan karena kondisi yang membahayakan tim penyelamat.
Lambiel juga menyoroti karakter unik Gletser Birch dibanding gletser lain yang umumnya mencair dan surut.
“Itu adalah satu-satunya gletser yang telah bergerak maju selama dekade terakhir,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa batu-batu besar yang terus jatuh menambah bobot gletser, mempercepat gerakan dan meningkatkan tekanan internal.
Menurutnya, perubahan iklim adalah penyebab utama fenomena ini. “Peningkatan jumlah batu-batuan yang jatuh disebabkan oleh mencairnya lapisan tanah beku, yang meningkatkan ketidakstabilan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa lapisan tanah beku itu telah menghangat setidaknya 1 derajat Celsius dalam 10 hingga 15 tahun terakhir.
Skala bencana ini luar biasa. Le Monde mengutip Raphaël Mayoraz, kepala Layanan Bencana Alam Valais, yang memperkirakan sekitar 3 juta meter kubik atau hampir 4 juta yard kubik puing telah menutupi lembah.
Menteri Lingkungan Hidup Swiss, Albert Rosti, menggambarkan bencana ini sebagai sesuatu yang di luar nalar manusia.
"Alam lebih kuat daripada manusia dan orang-orang pegunungan tahu betul hal ini,” katanya.
“Tetapi apa yang terjadi hari ini benar-benar luar biasa. Itu adalah yang terburuk yang dapat kami bayangkan.”
Meski kehilangan desa, semangat warga Blatten tetap menyala. Walikota Matthias Bellwald menegaskan tekad mereka untuk bangkit.
“Kami kehilangan desa kami tetapi tidak kehilangan nyawa kami,” ungkap Bellwald.
“Desa itu terkubur kerikil tetapi kami akan bangkit. Kami akan bersolidaritas dan membangun kembali. Segalanya mungkin.”
Halaman Selanjutnya
Dalam siaran pers yang dirilis Kamis, 29 Mei 2025, pemerintah daerah Valais mengonfirmasi bahwa Gletser Birch runtuh hampir seluruhnya di atas desa Blatten.