Diiming-imingi Uang Ratusan Juta, Lebih dari 100 Wanita Dipaksa Jadi ‘Ternak’ Perdagangan Sel Telur

5 hours ago 2

Selasa, 11 Februari 2025 - 15:15 WIB

Georgia, VIVA – Kasus perdagangan manusia yang mengejutkan dunia baru-baru ini terungkap di Georgia. Lebih dari 100 wanita, sebagian besar berasal dari Thailand, menjadi korban eksploitasi keji dalam industri fertilitas. Mereka dijebak dengan tawaran pekerjaan sebagai ibu pengganti dengan bayaran tinggi. Tetapi setelah tiba di Georgia, mereka malah dipaksa menjalani operasi pengambilan sel telur secara berulang tanpa persetujuan mereka.

Kasus ini pertama kali dilaporkan oleh media Jerman, Bild, dan Thai Examiner. Disebutkan bahwa para wanita ini direkrut melalui iklan di Facebook yang menawarkan pekerjaan sebagai ibu pengganti dengan gaji antara €17.000 atau setara dengan Rp287 juta. Tawaran ini menarik banyak wanita yang berharap bisa mendapatkan penghasilan besar untuk menghidupi keluarga mereka.

Dengan iming-iming yang menggiurkan, mereka diberangkatkan ke Georgia dengan seluruh biaya perjalanan dan pembuatan paspor ditanggung oleh organisasi di balik skema tersebut. Namun sesampainya di sana, mereka menyadari bahwa pekerjaan yang dijanjikan hanyalah tipuan.

Setelah tiba di Georgia, para wanita ini dibawa ke lokasi terpencil. Mereka tidak diberikan kebebasan dan dipaksa menjalani perawatan hormon untuk merangsang produksi sel telur mereka. Setiap bulan, mereka harus menjalani prosedur pengambilan sel telur tanpa persetujuan yang sah dan tanpa perawatan medis yang layak.

Salah satu penyintas yang berbicara dalam konferensi pers di Bangkok mengungkapkan bahwa mereka diperlakukan seperti "ternak" dalam sebuah 'peternakan telur'. Prosedur medis dilakukan secara terus-menerus tanpa memperhatikan kondisi kesehatan mereka. Bahkan, beberapa dari mereka tidak mendapatkan bayaran sama sekali, meskipun telah berulang kali menjalani proses yang menyakitkan ini.

Bagi mereka yang mencoba melarikan diri, pihak yang menjalankan operasi ini menuntut pembayaran €2.000 atau setara Rp33 juta sebagai biaya pembebasan. Hal ini membuat para korban semakin terjebak dan tak berdaya.

Kasus ini terbongkar setelah salah satu korban berhasil melarikan diri dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang di Thailand. Ia menghubungi Pavena Hongsakula, pendiri yayasan yang berdedikasi untuk melindungi perempuan dan anak-anak dari perdagangan manusia.

Yayasan tersebut segera bekerja sama dengan Interpol untuk menyelidiki kasus ini. Pada 30 Januari, mereka berhasil menyelamatkan tiga wanita Thailand dari fasilitas tersebut. Namun, masih belum jelas berapa banyak wanita lain yang masih ditahan dan mengalami nasib serupa. Pihak berwenang Thailand memastikan bahwa penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap jaringan kejahatan di balik kasus ini.

Halaman Selanjutnya

Kasus ini terbongkar setelah salah satu korban berhasil melarikan diri dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang di Thailand. Ia menghubungi Pavena Hongsakula, pendiri yayasan yang berdedikasi untuk melindungi perempuan dan anak-anak dari perdagangan manusia.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |