Jakarta, VIVA – Perang tarif yang dikobarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dikhawatirkan sejumlah pihak bakal berimbas luas ke sejumlah sektor industri di Tanah Air, termasuk ke industri besi dan baja.
Hal itu antara lain akibat maraknya wacana soal potensi membanjirnya baja produksi China di pasar Tanah Air, sebagai pasar baru yang diinvasi mereka di tengah situasi perang dagang dengan AS. Sehingga, hal itu dipastikan juga dapat merugikan produsen industri besi dan baja di dalam negeri.
Meski demikian, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), Muhamad Akbar menegaskan, para pelaku industri baja di Tanah Air tidak lantas menganggap tarif 32 persen yang ditetapkan Donald Trump, akan serta merta meruntuhkan industri baja domestik. Sebab, kontribusi ekspor baja ke AS untuk Produk Domestik Bruto (PDB) tidak lebih dari 18 persen.
Terlebih, Akbar memastikan bahwa Krakatau Steel sendiri juga telah memperluas jangkauan pasar hingga ke negara-negara lain. Sehingga, menurutnya saat ini sudah tidak ada lagi ketergantungan pada ekspor ke AS, terutama di tengah situasi perang tarif seperti saat ini.
"Kita sudah (melebarkan pasar) ke mancanegara lain seperti Afrika, India kita pernah, Pakistan kita pernah, itu sudah semuanya," kata Akbar dalam keterangannya, Senin, 14 April 2025.
PT Krakatau Steel.
Photo :
- vivanews/Andry Daud
Karenanya, di tengah ketidakpastian global yang masih merebak saat ini, Akbar mengingatkan bahwa salah satu hal yang terpenting adalah fokus dengan sejumlah tantangan yang ada di depan mata. Khususnya dalam hal upaya efisiensi hingga menggenjot inovasi.
"Saat ini uncertainty global kan, maka prinsip saya mari kita fokus dengan apa yang di depan mata. Karena tantangannya adalah bagaimana melakukan efisiensi yang masif di semua lini serta inovasi," ujar Akbar.
Dalam upaya menghadapi tantangan global tersebut, Akbar memastikan bahwa Krakatau Steel akan tetap fokus pada upaya produksi dan membangun hubungan bilateral dengan pasar di sejumlah negara. Bahkan, Dia juga mendorong para pabrik bahan baku baja untuk mendirikan pabrik di wilayah milik Krakatau Steel.
"Kita kan banyak terlibat dengan berbagai perjanjian bilateral, multilateral, bahkan regional. Nah, ini semuanya sebenarnya untuk memperkuat jalur perdagangan ekonomi internasional," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
"Saat ini uncertainty global kan, maka prinsip saya mari kita fokus dengan apa yang di depan mata. Karena tantangannya adalah bagaimana melakukan efisiensi yang masif di semua lini serta inovasi," ujar Akbar.