Janji Manis Donald Trump Soal Mobil Murah Tak Sesuai Realita

5 hours ago 2

Washington D.C, VIVA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali membuat pernyataan kontroversial. Ia mengklaim tengah berupaya menurunkan harga mobil agar lebih terjangkau untuk masyarakat.

Namun, sejumlah analis menilai justru sebaliknya, kebijakan Trump dinilai akan membuat harga mobil dan biaya kepemilikannya makin mahal dalam beberapa tahun ke depan.

Saat ini, harga mobil baru di Amerika Serikat sudah mencapai level yang mengkhawatirkan. Harga rata-rata tembus US$50.000, atau setara Rp820 juta.

Sementara cicilan bulanan kini rata-rata di angka US$745 (sekitar Rp12,2 juta), dengan satu dari lima warga AS membayar lebih dari US$1.000 per bulan (sekitar Rp16,4 juta) hanya untuk cicilan mobil.

Trump dan sekutunya di Kongres memang mengklaim akan membuat mobil kembali terjangkau.

Presiden AS Donald Trump usai menandatangani perintah eksekutif, Rabu, 9 April 2025, waktu setempat.

Namun, menurut Chris Harto, analis kebijakan senior di Consumer Reports, justru kebijakan mereka berpotensi memperburuk kondisi.

“Tidak ada tanda-tanda bahwa kebijakan tersebut akan membuat harga beli dan kepemilikan mobil jadi lebih murah pada 2028 atau 2029 dibandingkan sekarang,” tegasnya, dilansir VIVA dari laman Insideevs.

Kemudian, salah satu kebijakan Trump yang dinilai kontraproduktif adalah penerapan tarif impor sebesar 25% terhadap mobil dan suku cadang dari luar negeri.

Trump sempat mengatakan kebijakan ini justru akan membuat harga mobil turun.

Namun secara ekonomi, tarif justru dirancang untuk menaikkan harga barang impor agar industri dalam negeri lebih kompetitif.

Dampaknya, konsumen akhirnya tetap yang menanggung biaya lebih tinggi.

Konsultan industri otomotif AlixPartners memperkirakan kebijakan tarif Trump akan membebani industri otomotif AS hingga US$30 miliar pada 2026 (sekitar Rp492 triliun).

Sekitar 80% dari biaya tambahan ini akan dibebankan ke konsumen dalam bentuk kenaikan harga mobil.

Mobil yang diproduksi di luar Amerika Utara akan mengalami kenaikan harga paling tinggi, yakni sekitar US$4.400 (Rp72 juta).

Sementara harga rata-rata seluruh mobil yang dijual di AS diprediksi naik US$1.760 (Rp29 juta).

Biaya perbaikan pun bakal ikut naik karena harga suku cadang yang turut melonjak.

Trump juga berencana melonggarkan standar efisiensi bahan bakar dan emisi kendaraan yang sebelumnya ditetapkan di era Biden.

Pemerintah mengklaim kebijakan ini akan membuat harga mobil baru jadi lebih murah karena pabrikan tak lagi dibebani regulasi ketat.

Namun kenyataannya, mobil hemat energi seperti hybrid dan listrik justru bisa menghemat banyak biaya bahan bakar.

Consumer Reports mencatat, standar efisiensi era Biden bisa memberikan penghematan hingga US$6.000 (Rp98 juta) sepanjang masa pakai kendaraan.

Jika standar ini dicabut, konsumen akan kembali membeli mobil boros bensin, yang artinya pengeluaran untuk bahan bakar akan meningkat.

“Kemungkinannya hampir nol kalau penghapusan standar efisiensi ini bisa bikin harga mobil lebih murah,” kata Harto.

“Yang ada, biaya bensin yang justru naik.”

Rancangan undang-undang lain yang digagas kubu Republik, yakni One Big Beautiful Bill Act, juga memuat usulan pajak tahunan sebesar US$250 (Rp4,1 juta) untuk pemilik mobil listrik dan US$100 (Rp1,6 juta) untuk hybrid.

Alasannya ialah pemilik EV tidak ikut menyumbang pajak bensin yang digunakan untuk membiayai infrastruktur jalan. Namun perhitungan ini dinilai tidak adil.

Menurut Consumer Reports, rata-rata pemilik truk V8 boros bahan bakar hanya membayar sekitar US$100 per tahun dalam bentuk pajak bensin, sedangkan banyak pengemudi lain yang membayar jauh lebih sedikit.

Lebih lanjut, Trump juga berjanji akan mengizinkan potongan pajak untuk bunga pinjaman mobil dalam pajak penghasilan.

Meski bisa membantu konsumen menghemat beberapa ratus dolar per tahun, hal itu dianggap belum cukup untuk mengimbangi berbagai kebijakan lain yang membuat total biaya kepemilikan mobil makin mahal.

Secara keseluruhan, sejumlah kebijakan Trump yang diklaim "pro-konsumen" justru bisa menyebabkan harga mobil, bahan bakar, listrik, dan pajak tambahan melonjak dalam beberapa tahun ke depan.

Janji untuk membuat mobil lebih murah tampaknya masih jauh dari kenyataan.

Halaman Selanjutnya

“Tidak ada tanda-tanda bahwa kebijakan tersebut akan membuat harga beli dan kepemilikan mobil jadi lebih murah pada 2028 atau 2029 dibandingkan sekarang,” tegasnya, dilansir VIVA dari laman Insideevs.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |