VIVA – Mudik Lebaran adalah tradisi tahunan yang sangat dinantikan oleh masyarakat Indonesia, di mana jutaan orang pulang ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan kuatnya ikatan kekeluargaan, tetapi juga menjadi bagian dari budaya yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Di tengah berbagai pilihan moda transportasi, banyak pemudik memilih menggunakan sepeda motor sebagai sarana perjalanan utama. Faktor utama yang mendorong pilihan ini adalah biaya yang lebih terjangkau, fleksibilitas dalam menghindari kemacetan, serta kemudahan dalam mencapai daerah terpencil yang sulit dijangkau transportasi umum.
Namun, mudik dengan sepeda motor memiliki risiko tinggi, terutama terkait kelelahan, kecelakaan, dan ketidaknyamanan akibat perjalanan jauh. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Pemudik motor yang sudah padati Pelabuhan Bakauheni.
Oleh karena itu, pemerintah dan berbagai pihak kerap mengimbau pemudik untuk mempertimbangkan keamanan dengan beristirahat secara berkala, menggunakan perlengkapan berkendara yang sesuai, serta memanfaatkan program mudik gratis untuk mengurangi angka kecelakaan di jalan raya.
"Naik kendaraan roda dua yang jarak tempuhnya sangat jauh bahkan ada dari Jakarta sampai ke Jawa Timur naik motor. Itu risikonya lebih besar daripada naik kendaraan yang duduk dan ada sandarannya," kata Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi Rumah Sakit Eka Hospital Depok, Dokter Ertania Nirmala SpKFR AIFO, dalam acara Ngobrol Sehat, di Jakarta, Senin 10 Maret 2025.
Sayangnya, tidak menutup kemungkinan akan ada banyak masyarakat pergi mudik dengan kendaraan roda dua. Oleh sebab itu, Dokter Ertania menjelaskan cara-cara yang dapat dilakukan agar pengendara motor bisa terhindar dari risiko low back pain selama perjalanan mudik.
Pemudik motor memadati jalur Bekasi arah Karawang-Cikampek
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah beban barang bawaan. Pemudik yang mengendarai motor kebanyakan akan membawa tas ransel dengan beban yang berat.
Untuk itu, Dokter Ertania menyarankan penggunaan bagasi motor sebagai tempat meletakkan barang bawaan. Namun, jika terpaksa membawa ransel yang berat, sebaiknya diatur supaya posisi ransel rapat dan kencang di bagian punggung.
"Kalau bawa banyak beban, bisa pakai bagasi untuk menguranginya atau letakkan di bagian depan. Kalau terpaksa, ranselnya posisi yang ketat ke punggung jadi nggak menggantung. Semakin beban ke bawah, otomatis akan berat yang ditopang ke tulang punggung. Sedangkan makin nempel ke tulang punggung akan semakin mengurangi," jelasnya.
Selain masalah barang bawaan, Dokter Ertania juga mengingatkan posisi duduk saat berkendara yang harus diwaspadai. Pastikan badan dalam posisi tegak dan otot perut ditarik ke dalam selama berkendara.
"Otot perut tarik ke dalam, itu akan berasa di punggung lebih ringan," ujarnya.
Selama di perjalanan, jangan ragu untuk melakukan peregangan setiap 20-30 menit sekali dan beristirahat di rest area setelah berkendara selama 2-3 jam. Hal ini perlu guna melakukan peregangan supaya otot-otot tidak kaku dan terhindari dari risiko low back pain.
Halaman Selanjutnya
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah beban barang bawaan. Pemudik yang mengendarai motor kebanyakan akan membawa tas ransel dengan beban yang berat.