Jakarta, VIVA – Sebagai perusahaan yang berfokus pada efisiensi energi, ABB terus menghadirkan solusi elektrifikasi guna mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan emisi karbon.
Salah satu inovasi yang tengah dikembangkan adalah penerapan teknologi motor listrik pada truk tambang dengan kapasitas 100 hingga 200 ton, yang selama ini masih bergantung pada bahan bakar solar.
Melalui ABB Motion, perusahaan asal Swiss ini semakin agresif memperkenalkan teknologi tersebut di Indonesia. Sektor pertambangan menjadi salah satu target utama, mengingat industri ini dikenal dengan konsumsi energi tinggi dan biaya operasional yang besar.
Chen Kang Tan, Vice President & Head of Local Business Area ABB Motion Indonesia, mengungkapkan bahwa teknologi motor listrik yang dikembangkannya ini mulai menarik minat para pelaku industri tambang.
"Saat kami membuat promosi ini, saya bisa katakan, 90 persen dari para pelaku industri tambang yang kami ajak bicara sangat tertarik. Mereka benar-benar tertarik dengan teknologi ini karena konsumsi solar di sektor ini sangat besar," ujar Tan, dikutip VIVA di Jakarta.
Chen Kang Tan, Vice President & Head of Local Business Area ABB Motion Indonesia
Menurutnya, ketertarikan elektrifikasi untuk truk pertambangan akan semakin kuat dengan adanya potensi penerapan carbon tax di Indonesia di masa depan.
Tan menjelaskan bahwa jika kebijakan pajak karbon diterapkan, biaya operasional yang tinggi akibat konsumsi solar akan semakin membebani perusahaan tambang, sehingga solusi elektrifikasi menjadi pilihan yang lebih efisien dan berkelanjutan.
"Saat ini, Indonesia memang belum menerapkan carbon tax. Tetapi jika nantinya kebijakan ini dijalankan, maka biaya tambahan yang harus ditanggung industri tambang akan sangat besar. Itulah mengapa para operator tambang mulai melihat elektrifikasi sebagai solusi jangka panjang," jelasnya.
Namun, tantangan dalam pengembangan ekosistem truk ramah lingkungan di area pertambangan tetap ada. Salah satunya adalah membangun infrastruktur pengisian daya yang memadai.
Ia menyampaikan bahwa ABB Motion memahami bahwa tantangan ini tidak hanya terletak pada ketersediaan teknologi, tetapi juga pada ekosistem pendukungnya.
"Untuk membangun ekosistem charging di pertambangan memang tidak mudah. Pertama, teknologinya sendiri harus sustainable. Kedua, kami butuh infrastruktur pendukung agar sistem pengisian daya bisa berjalan optimal. Karena untuk mengisi daya, kami tetap memerlukan listrik dalam jumlah besar," kata Tan.
Untuk mengatasi tantangan ini, ABB Motion menawarkan beberapa solusi inovatif, seperti sistem fast charging yang dapat mengisi daya dalam 15 menit. Selain itu, sistem battery storage juga dapat digunakan untuk mengisi daya secara perlahan sebelum dialirkan ke truk listrik.
Di beberapa lokasi tambang dengan jalur tetap, seperti tambang nikel, ABB Motion juga menawarkan opportunity charging, di mana truk dapat mengisi daya secara otomatis saat melintas di bawah rel listrik, tanpa perlu berhenti.
"Teknologi tersebut mirip dengan sistem kelistrikan pada kereta api dan cocok untuk tambang dengan pola operasional yang konsisten," pungkas Tan.
Namun, Tan mengungkapkan bahwa tidak semua lokasi tambang cocok untuk penggunaan truk listrik. Penerapan teknologi ini harus disesuaikan dengan kondisi medan dan infrastruktur.
"Truk 100 hingga 200 ton adalah kendaraan berat yang memerlukan baterai dengan kapasitas besar. Tidak semua lokasi dapat mendukung sistem ini. Yang paling cocok adalah tambang yang memiliki jalur turun dengan beban berat, karena bisa menghasilkan energi melalui sistem regenerative braking," ungkapnya.
Selain itu, beberapa alat berat lain seperti bulldozer juga lebih cocok menggunakan listrik dibandingkan mesin berbahan bakar solar.
Menurut Tan, mesin diesel pada bulldozer sering mengalami penyumbatan akibat debu tambang, yang meningkatkan biaya perawatan filter dan mesin.
"Dengan menggunakan tenaga listrik, masalah seperti filter mesin yang sering tersumbat oleh debu bisa dihindari. Selain itu, karena bulldozer sering bekerja di satu lokasi, sistem charging-nya lebih mudah diterapkan. Dengan charging rate 15 menit yang kami miliki, operasional bisa tetap berjalan dengan efisien," tuturnya.
Adapun untuk kedepannya, ABB Motion optimis bahwa teknologi truk listrik akan semakin berkembang dan diadopsi lebih luas di Indonesia.
Dengan efisiensi energi yang lebih baik, biaya operasional yang lebih rendah, serta potensi dampak positif terhadap regulasi pajak karbon, investasi dalam elektrifikasi pertambangan menjadi pilihan yang semakin menarik bagi para pelaku industri tambang di Indonesia.
Halaman Selanjutnya
"Saat ini, Indonesia memang belum menerapkan carbon tax. Tetapi jika nantinya kebijakan ini dijalankan, maka biaya tambahan yang harus ditanggung industri tambang akan sangat besar. Itulah mengapa para operator tambang mulai melihat elektrifikasi sebagai solusi jangka panjang," jelasnya.