Sepi Tanpa Takjil Tak Ada Suara Adzan, Kisah Puasa Ramadhan WNI di Italia yang Rindu Indonesia

3 hours ago 1

Kamis, 6 Maret 2025 - 16:01 WIB

Italia, VIVA – Menjalani ibadah puasa di negara orang tentu menjadi tantangan tersendiri. Terlebih ketika kita menetap di negara dengan mayoritas pemeluk agama non muslim. 

Hal ini juga dirasakan oleh salah satu warga Indonesia yang menetap di Italia, Diah Pitaloka Giordano. Diah sendiri diketahui telah tinggal di Italia selama enam tahun lamanya. Melalui akun instagramnya, Diah membagikan potret suasana ramadhan di sekitar daerah rumahnya di Italia. 

"Suasana sore hari Ramadhan di bulan puasa di Italia itu kayak gimana? Ini aku lagi ngasuh anak. Ada enggak yang jualan takjil di Italia, ada enggak? Apa sih namanya kita denger adzan aja di Italia enggak kalau bulan puasa. Ini tahun keenam aku tinggal di Italia," kata dia dalam video tersebut yang dikutip dari akun pribadinya @diahgiordano88.

Berbeda dengan suasana sore hari ramadhan di Indonesia yang selalu dipenuhi dengan pedagang makanan. Area sekitar rumah Diah sendiri terbilang sepi, bahkan dalam video itu hanya ada dia dan anaknya di area perumahan tersebut. 

"Ini aku tunjukkin suasana sore di bulan puasa di Italia. Ini sekitaran rumah aku ini taman di belakang rumah aku. Enggak ada orang karena sedikit dingin. Ini jalanannya itu apartemen kita, sepi enggak ada apapun, enggak ada jualan takjil, enggak ada apapun," kata dia. 

Dijelaskan Diah juga jika ingin menikmati aneka takjil seperti di Indonesia, mau tak mau dia harus memasaknya sendiri. Sedihnya lagi, meski memiliki banyak tetangga muslim di sekitarnya namun nyatanya suasana ramadhan seperti di Indonesia tidak terasa di sana. 

"Kalau mau takjil mau makanan Indonesia pengen apapun itu kita harus masak sendiri, bikin sendiri enggak ada yang jualan. Padahal aku punya banyak tetangga muslim tapi enggak kerasa bulan puasa. Kayak yang ya gitu jauh banget di Indonesia yang  jualan takjil, pokoknya jauh berbeda," jelas dia.

Tak hanya soal penjual takjil saja, tinggal di perantauan sebagai minoritas Diah juga tak pernah bisa mendengar adzan di sana selama enam tahun lamanya. Maka dari itu saat waktu solat, berbuka hingga sahur hanya bisa dipantaunya melalui jam saja.

"Udah enam tahun di sini enggak pernah denger adzan juga di sini, waktu adzan buka puasa dan sahur itu solat kita cuman liatin jam aja begitulah," jelas dia. 

Halaman Selanjutnya

"Kalau mau takjil mau makanan Indonesia pengen apapun itu kita harus masak sendiri, bikin sendiri enggak ada yang jualan. Padahal aku punya banyak tetangga muslim tapi enggak kerasa bulan puasa. Kayak yang ya gitu jauh banget di Indonesia yang  jualan takjil, pokoknya jauh berbeda," jelas dia.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |