Miris, Rokok Jadi Pengeluaran Terbesar Kedua di Rumah Tangga Keluarga Miskin

21 hours ago 1

Jumat, 21 Februari 2025 - 07:26 WIB

Jakarta, VIVA – Angka kasus perokok di Indonesia cukup memprihatinkan. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023 70 juta orang tercatat merokok di Indonesia, dari 70 juta orang tersebut diketahui sebanyak 5,9 juta perokok anak usia 10 hingga 18 tahun. 

"Angka ini terbesar ketiga di dunia, 63,1 juta perokok dewasa di Indonesia. Berarti 3 dari 4 orang dewasa di Indonesia merokok. 63 juta ini sebesar populasi masyarakat Korea Selatan," kata Banget dalam diskusi Media Perlunya Dukungan Media dalam Penerapan Aturan Standarisasi Kemasan pada Bungkus Rokok Upaya Menurunkan Prevalensi Perokok di Indonesia di Kemang Jakarta Selatan, Kamis 20 Februari 2025. Scroll lebih lanjut ya.

Menariknya berdasarkan data yang diterima Kementerian Kesehatan bahwa kebiasaan merokok paling banyak dilakukan oleh keluarga miskin. Bahkan diketahui rokok menjadi pengeluaran terbesar kedua dalam belanja rumah tangga.

Bahkan Kamis pagi ini pihaknya mendapat laporan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Lima Puluh di Sumatera Barat bahwa pengeluaran rumah tangga terbesar nomor satu adalah perokok.

"Nomor 1 pengeluaran di sana untuk rokok," kata dia.

Bahkan pendapatan daerah dari iklan dan pajak di daerah tersebut paling besar berasal dari rokok yang mencapai Rp 150 juta. Namun angka ini berbanding terbalik dengan pengeluaran pemerintah untuk biaya perawatan pasien akibat merokok yang mencapai Rp 5,4 miliar. 

"Artinya tiga kali lipat pengeluaran daripada penerimaan. Ada 21 kenyakit yang berakibat perilaku rokok dan itu termasuk rawat jalan, rawat inap, kemudian karena dia nggak bekerja kebutuhan dia sehari-hari kan hilang gitu kan. Nah itu dihitung oleh mereka," jelasnya.

Melihat hal ini, pemerintah pun fokus untuk mengendalikan perokok khususnya pada anak-anak dan remaja. Sebab jika perokok anak-anak dibiarkan terus menerus maka 20 tahun ke depan mereka akan merasakan dampak serius dari merokok. 

Seperti diketahui berdasarkan SKI di tahun 2023 lalu setidaknya ada 290 ribu orang yang meninggal akibat rokok. 59,6 persennya meninggal akibat kanker trakea hingga brokus. 

Alasan Banyak Masyarakat Miskin Lebih Banyak yang Jadi Perokok

Contoh Plain Desain Rokok di Berbagai Negara. Foto: Dokumentasi Kemenkes

Photo :

  • VIVA.co.id/Isra Berlian

Di sisi lain, Benget juga mengungkap alasan mengapa lebih banyak perokok di kalangan masyarakat miskin. Salah satunya adalah lantaran edukasi yang kurang.

"Mereka banyak tamat menjadi buruh, jadi tukang yang contoh temannya, semua kan kalau anak-anak kecil, tukang itu yang bekerja-bekerja di garis bawah itu merokok. Jadi kalau kita ketemu mereka, bagi uang rokok dong, kan itu terus. Terus majikannya ini beli rokok ya, mau merokok kamu kan gitu. Nah budaya itu, nah mereka nggak tahu. Mungkin di sekolah mereka nggak dapat ilmu tentang dampak rokok ini. Edukasi kita nggak nyampe ke mereka," kata Benget. 

Namun demikian kini, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan sudah memasukkan dampak merokok dalam kurikulum pembelajaran. Hal ini diharapkan mampu membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahayanya merokok.

"Kita harus terus mengampanyekan. Makanya di kami, kementerian kesehatan, sudah ada kurikulum-kurikulum merdeka. Mulai TK, PAUD, SD, SMP, SMA tentang dampak bahaya merokok, termasuk rokok elektronik. Itu sudah masuk dalam kurikulum merdeka. Supaya ya minimal nanti nggak tamat SMP, dia udah tahu lah dampak rokok. Sekarang kan ini yang kurang," ujarnya.

Halaman Selanjutnya

"Artinya tiga kali lipat pengeluaran daripada penerimaan. Ada 21 kenyakit yang berakibat perilaku rokok dan itu termasuk rawat jalan, rawat inap, kemudian karena dia nggak bekerja kebutuhan dia sehari-hari kan hilang gitu kan. Nah itu dihitung oleh mereka," jelasnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |