Perjalanan Spiritual Djibril Cisse: Lahir dari Keluarga Muslim, Pindah Agama, Jadi Kontroversi di Pantai Gading

6 hours ago 3

Selasa, 1 Juli 2025 - 00:00 WIB

Jakarta, VIVA – Legenda sepak bola Prancis, Djibril Cisse dikenal bukan hanya lewat prestasinya di lapangan—khususnya ketika membela Liverpool—melainkan juga melalui sebuah perjalanan spiritual yang dalam. Ia lahir dari keluarga Muslim, bahkan salah satu saudaranya menjadi imam di Belgia.

Namun, keputusan besar datang sejak dini: pada usia 15 tahun, Cissé memilih untuk keluar dari agama Islam dan memeluk agama Kristen (Katolik) .

Perjalanan Spiritualitas Awal

Semua bermula ketika ia masuk ke pusat pelatihan di Nîmes, Prancis. Di sana, ia mengikuti kelas-kelas katekisasi, bukan karena paksaan, melainkan karena rasa ingin tahu. Ia menceritakan:

“J’étais pas obligé … j’étais curieux. … Mon père était parti donc je n’avais pas de modèle religieux … j’ai dit ‘pourquoi pas’ … J’ai vraiment accroché

Yang diterjemahkan kira-kira:
"Saya tidak dipaksa, saya hanya penasaran... Ayah saya sudah meninggal dunia, jadi saya tidak punya panutan agama... lalu saya berpikir 'kenapa tidak'... dan saya benar-benar menyukai itu."

Perasaan itu membawanya pada kesadaran: agama yang sesuai untuknya bukanlah Islam, melainkan Katolik.

Mengungkapkan ke Keluarga

Pada usia 15, Cissé mengaku kepada ibunya:

“A 15 ans, je l’ai dit à ma mère, … ‘Je pense que j’ai trouvé ma religion, ce n’est pas l’islam’ et ma mère a compris.”

Ucapan tulusnya diterima dengan pengertian oleh sang ibu, yang mendukung kebebasannya memilih jalan spiritual sendiri.

Reaksi Lingkungan dan Sikap Cissé

Proses konversi Cissé sempat menuai komentari, terutama dari masyarakat asalnya, Pantai Gading. Di sana, keputusan ini kurang diterima:

“Ce n’est pas très bien vu … J’ai expliqué aux gens qui méritaient l’explication, ils ont compris … ils ont accepté.” quartdheure.

Namun Cissé bersikap tegas: kepindahan agamanya adalah urusannya sendiri, tidak membahayakan siapa pun, dan saat ia kembali ke Pantai Gading, ia tetap menghormati norma setempat—menutup tato dan berpakaian sopan.

Klarifikasi Pribadi

Dalam autobiografinya, Un lion ne meurt jamais, ia menjelaskan bahwa bukan ia yang “berpindah agama”, melainkan ia satu-satunya anak yang sebenarnya mengenal ajaran Katolik sejak kecil.

Djibril Cisse saat memperkuat Liverpool.

Sang ayah sudah lama meninggal, dan ibunya memberi kebebasan kepada anak-anaknya dalam hal kepercayaan. Setelah merasakan ajaran Katolik pertama kali, ia merasa tetap bersamanya sejak saat itu

Ringkasan

Poin Deskripsi

Keluarga Bearsal dari keluarga Muslim, saudara pria sebagai imam Belgia

Awal spiritual Mengenal Katolik saat usia 15 di Nîmes melalui katekisasi

Konversi Memutuskan meninggalkan Islam dan memilih Katolik

Reaksi Ada yang meragukan di Pantai Gading, tapi banyak juga yang memahami

Sikap Cissé Menghormati tradisi setempat, agama adalah urusan pribadi

Penutup

Perjalanan spiritual Djibril Cissé mencerminkan kisah seseorang yang mencari dan memilih agama sesuai kebutuhan batinnya, bukan karena tekanan. Keputusannya didasari keingintahuan, pembelajaran, dan kejujuran kepada diri sendiri. Di saat banyak orang mempersoalkan—terutama dari latar agama dan budaya—Cissé menunjukkan contoh keberanian memilih keyakinan tanpa menyakiti pihak lain.

Halaman Selanjutnya

Mengungkapkan ke Keluarga

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |