Washington, VIVA – Perusahaan logistik global, United Parcel Service (UPS), mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 20.000 karyawan. Langkah besar ini dilakukan sebagai bagian dari upaya efisiensi setelah UPS memutuskan untuk memangkas jumlah pengiriman dari Amazon, pelanggan terbesar mereka.
Saat ini, UPS mempekerjakan sekitar 490.000 karyawan di lebih dari 200 negara. Dengan PHK ini, sekitar 4 persen dari total tenaga kerja akan terdampak. Tak hanya itu, perusahaan juga akan menutup 73 fasilitasnya, baik milik sendiri maupun yang disewa, hingga akhir Juni 2025.
Jumlah tersebut masih bisa bertambah seiring evaluasi jaringan operasional yang masih berlangsung.
Chief Executive Officer UPS, Carol Tome, menyebut langkah ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
"Dengan langkah-langkah ini, kami akan menjadi perusahaan yang lebih kuat dan gesit," ujar Carol, dikutip dari AP News, Rabu 30 April 2025.
Keputusan UPS untuk mengurangi ketergantungan terhadap Amazon menjadi sorotan utama. Dalam laporan keuangan sebelumnya, UPS mengungkapkan bahwa mereka telah sepakat dengan Amazon untuk mengurangi volume pengiriman lebih dari 50 persen pada paruh kedua 2026.
Smartphone Amazone
Photo :
- http://www.fastlinenews.com
"Amazon adalah pelanggan terbesar kami, tetapi bukan yang paling menguntungkan. Margin dari Amazon sangat kecil dan berdampak buruk bagi bisnis domestik kami di AS," kata Tome.
UPS menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil secara strategis guna meningkatkan kualitas pendapatan dan margin operasional. Perusahaan memperkirakan akan menghemat sekitar USD3,5 miliar atau sekitar Rp56 triliun dari konsolidasi jaringan dan pengurangan volume Amazon.
Sementara itu, pihak Amazon mengaku telah menawarkan penambahan volume pengiriman kepada UPS, namun ditolak. “Karena kebutuhan operasional mereka, UPS meminta pengurangan volume dan kami menghormati keputusan tersebut,” kata Kelly Nantel, juru bicara Amazon seperti dikutip CBS News.
Langkah efisiensi ini juga memicu reaksi dari serikat buruh. Presiden Teamsters, Sean M. O'Brien, mengingatkan bahwa UPS masih terikat kontrak nasional yang mewajibkan penciptaan 30.000 lapangan kerja bagi anggotanya.
“Jika UPS mencoba menyerang pekerjaan-pekerjaan anggota kami, mereka akan menghadapi perlawanan sengit,” katanya.
Dari sisi keuangan, UPS mencatatkan pendapatan kuartal pertama 2025 sebesar USD21,55 miliar, melampaui ekspektasi analis. Laba bersih tercatat USD1,19 miliar atau USD1,40 per saham. Setelah penyesuaian, laba menjadi USD1,49 per saham.
Namun, UPS belum memperbarui proyeksi keuangannya untuk sisa tahun ini karena ketidakpastian kondisi ekonomi global, termasuk dampak dari ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok.
Halaman Selanjutnya
UPS menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil secara strategis guna meningkatkan kualitas pendapatan dan margin operasional. Perusahaan memperkirakan akan menghemat sekitar USD3,5 miliar atau sekitar Rp56 triliun dari konsolidasi jaringan dan pengurangan volume Amazon.