Beijing, VIVA - Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menyampaikan pidato kunci dalam Forum Global Civilizations Dialogue Meeting yang digelar di Beijing, Tiongkok, Jumat, 11 Juli 2025.
Forum bergengsi itu merupakan bagian dari inisiatif Presiden Xi Jinping, Global Civilisation Initiative (GCI), yang bertujuan membangun dunia yang inklusif dan sejahtera melalui pertukaran nilai-nilai antarperadaban.
Dalam forum bertema 'Safeguarding the Diversity of Human Civilizations for World Peace and Development' itu, Fadli Zon menekankan pentingnya merawat keberagaman budaya dunia demi perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.
"Dialog antarperadaban adalah upaya sangat penting untuk menjembatani perbedaan serta membangun kepercayaan antarbangsa," kata dia.
Fadli menyampaikan apresiasi atas prakarsa Pemerintah Tiongkok dalam menyelenggarakan forum global ini dan menyatakan bahwa Indonesia mendukung penuh Global Civilisation Initiative. Ia juga mengaitkan forum ini dengan hasil kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Tiongkok pada November 2024, yang semakin memperkuat hubungan strategis, termasuk kerja sama budaya antara kedua negara.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon Meresmikan Galeri Soekarno Kecil
Photo :
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Di hadapan para menteri dan tokoh dunia dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin, Fadli memperkenalkan Indonesia sebagai negara super majemuk yang menjadi contoh nyata keharmonisan perbedaan.
Ia juga menyinggung kekayaan arkeologi Indonesia, termasuk situs Homo erectus dan Homo floresiensis, serta lukisan purba Leang-Leang di Maros, Sulawesi Selatan.
“Selama berabad-abad, Nusantara telah menjadi 'melting pot' beragam budaya dari berbagai bangsa dan peradaban tua yang berpadu secara dinamis, menghasilkan ragam ekspresi budaya, mencerminkan kekayaan sejarah dan keberagaman warisan budaya," ucapnya.
Dalam pidato tersebut, Fadli Zon menyuarakan keprihatinan atas tragedi kemanusiaan di Gaza. Ia menyebut kehancuran Gaza sebagai bencana budaya dan genosida peradaban, yang menghapus memori sejarah umat manusia.
"Kehancuran Gaza bukan hanya tragedi geopolitik, tapi juga bencana budaya dan kemanusiaan. Negara dunia harus bersatu dalam memperjuangkan keadilan dan menegakkan hukum internasional, serta menolak segala praktek standar ganda dalam perjuangan kemerdekaan Palestina,” kata dia.
Menutup pidatonya, Fadli Zon menegaskan komitmen Indonesia sebagai jembatan kerja sama global di tengah dunia multipolar. Ia juga mengutip pesan Presiden Soekarno dalam Konferensi Asia-Afrika 1955.
"Kita tak ingin menciptakan perpecahan baru, tetapi mendorong pengertian bersama, menghormati kedaulatan, dan kerja sama yang adil antarbangsa," katanya.
Fadli mendorong penguatan kerja sama Selatan-Selatan (South-South Cooperation) sebagai jalan kolektif menuju pembangunan berkelanjutan dan dunia yang lebih adil. Dia pun mengajak seluruh negara untuk menggali kekuatan dari budaya masing-masing sebagai pondasi masa depan bersama.
Halaman Selanjutnya
Ia juga menyinggung kekayaan arkeologi Indonesia, termasuk situs Homo erectus dan Homo floresiensis, serta lukisan purba Leang-Leang di Maros, Sulawesi Selatan.