RI Dilirik Dunia Jadi Tujuan Investasi, Anindya Bakrie Ungkap Besarnya Potensi EBT

1 day ago 4

Rabu, 19 Februari 2025 - 13:23 WIB

Jakarta, VIVA – Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie menegaskan, saat ini 3 negara yang perekonomiannya tengah disorot oleh negara-negara lain di dunia, antara lain yakni Amerika Serikat AS, India, dan Indonesia. Hal itu didasarkannya pada pengalaman mendampingi Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu, dalam kunjungan kerja ke Davos, Swiss, guna menghadiri perhelatan World Economic Forum (WEF) 2025.

Di sana, Anindya mengaku melihat begitu besarnya atensi dunia pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah berbagai kondisi ketidakpastian global, melalui sejumlah data yang dipaparkan pemerintah di dalam forum WEF 2025 tersebut.

"Jadi di tengah-tengah banyaknya isu di dunia mengenai ekonomi, di Davos (Swiss) saat World Economic Forum lalu, itu mereka mencari growth story atau destinasi daripada pertumbuhan (ekonomi negara-negara di dunia)," kata Anindya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Februari 2025.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Oelpuah berkapasitas 5 megawatt peak (MWp) sebagai pembangkit EBT yang berlokasi di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

"Dan mereka melihatnya selain dari Amerika dengan America First, yang merupakan strateginya Donald Trump, di termin keduanya ya mereka melihat Indonesia dan India," ujarnya.

Hal ini diakui Anindya bukan tanpa alasan. Sebab, negara-negara itu melihat berbagai potensi besar yang saat ini tengah dikembangkan di Indonesia, seperti misalnya dalam hal renewable energy atau energi baru terbarukan (EBT).

Apalagi, PLN dikabarkan bakal membangun tambahan daya listrik sebesar 7 Gigawatt (GW) tiap tahun, sehingga diperkirakan kapasitas totalnya akan mencapai sekitar 100 GW dalam 15 tahun ke depan. Terlebih, 75 persen dari jumlah tersebut sudah dialokasikan pemerintah untuk kepentingan renewable energy.

"Nah, ini potensinya luar biasa. Untuk gambaran saja, Indonesia itu hari ini 75 Gigawatt. Jadi kalau ditambah 100 Gigawatt itu lebih dari dua kali lipat dalam waktu 15 tahun," kata Anindya.

"Tapi ini tidak mungkin dilakukan tanpa adanya kepercayaan bahwa memang kebutuhannya ada, dan perekonomian nasional juga bakal terus berkembang," ujarnya.

Halaman Selanjutnya

"Nah, ini potensinya luar biasa. Untuk gambaran saja, Indonesia itu hari ini 75 Gigawatt. Jadi kalau ditambah 100 Gigawatt itu lebih dari dua kali lipat dalam waktu 15 tahun," kata Anindya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |