Jakarta, VIVA – Bekerja dari rumah sudah menjadi bagian penting dari budaya kerja modern. Namun, perdebatan soal manfaat work from home (WFH) terkait kesehatan mental masih belum berhenti.
Ada yang merasa lebih bebas dan produktif, tapi ada juga yang justru merasa terisolasi. Pertanyaannya, siapa yang paling diuntungkan? Berapa hari ideal bekerja dari rumah untuk efek terbaik?
Sebuah penelitian jangka panjang terbaru mencoba menjawab semua pertanyaan ini secara komprehensif. Dengan menggunakan data puluhan ribu pekerja selama dua dekade, riset ini memberikan gambaran yang jauh lebih jelas tentang bagaimana bekerja dari rumah memengaruhi kesehatan mental, dan hasilnya menunjukkan perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Penelitian ini menganalisis data 20 tahun dari Household, Income and Labour Dynamics in Australia Survey (HILDA), terhadap lebih dari 16.000 pekerja Australia. Menariknya, peneliti sengaja mengecualikan dua tahun pandemi (2020–2021) karena kondisi mental pada masa itu sangat dipengaruhi situasi eksternal yang ekstrem.
Melalui pengamatan data jangka panjang, mereka dapat melihat bagaimana kesehatan mental berubah seiring pola commute dan pengaturan kerja, sekaligus menghilangkan pengaruh peristiwa besar seperti kelahiran anak atau perpindahan pekerjaan.
Ilustrasi interview kerja
Salah satu temuan menarik muncul saat peneliti membandingkan dampak waktu commuting terhadap kondisi mental. Untuk perempuan, commuting tidak menunjukkan efek signifikan terhadap kesehatan mental.
Namun, bagi laki-laki yang sudah memiliki kondisi mental yang kurang stabil, waktu perjalanan yang semakin panjang justru memperburuk kondisi mereka. "Tambahan 30 menit commute memiliki efek yang setara dengan penurunan 2 persen pendapatan rumah tangga, angka yang kecil namun tetap penting secara statistik,” tulis penelitian tersebut sebagaimana dikutip dari Independent, Senin, 8 Desember 2025.
Dampak bekerja dari rumah justru menunjukkan pola yang sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Bagi perempuan, bekerja dari rumah memberikan peningkatan signifikan pada kesehatan mental, namun hanya jika dilakukan dengan cara tertentu.
Model hybrid, di mana mereka bekerja terutama dari rumah tetapi tetap datang ke kantor 1–2 hari per minggu, terbukti memberikan dampak paling positif. Bahkan, bagi perempuan yang kondisi mentalnya sudah cukup buruk, pola hybrid ini menghasilkan peningkatan kesejahteraan yang setara dengan kenaikan pendapatan 15 persen.
Halaman Selanjutnya
Yang menarik, manfaat ini bukan hanya karena mereka mengurangi waktu perjalanan. Analisis data memisahkan faktor commuting, sehingga peningkatan kesehatan mental lebih banyak berasal dari berkurangnya stres kerja, fleksibilitas lebih tinggi, serta kemampuan lebih baik dalam mengelola tanggung jawab rumah dan pekerjaan.

1 day ago
3









