Jakarta, VIVA – Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, mengenang pengalaman saat dirinya kalah dalam pemilihan Wakil Presiden yang digelar MPR RI Pada 2001 lalu. Saat itu MPR mengadakan Pilwapres untuk mendampingi Megawati Soekarnoputri yang menjadi Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pada tahun itu, belum ada pemilihan langsung, masih melalui MPR RI. Pemilu langsung baru digelar pertama kali ada 2004. Saat itu Hamzah Haz yang menang dan menjadi Wakil Presiden mendampingi Megawati.
"Kalah dalam pemilihan Wakil Presiden yang dipilih oleh MPR RI, saya kalah, saya pernah kalah," kata SBY saat memberikan arahan di depan 38 Ketua DPD Partai Demokrat se-Indonesia di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu, 23 Februari 2025.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan arahan ke 38 Ketua DPD Partai Demokrat (sumber: tangkapan layar YouTube Partai Demokrat)
Photo :
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
"Dan kalah itu indah kalau kita dengan ikhlas menerima kekalahan itu kemudian berjuang dengan ikhlas, menerima kekalahan itu kemudian berjuang lagi dengan tekad yang bulat, ikhtiar yang cerdas, sambil memohon pertolongan Allah SWT Tuhan yang maha kuasa," sambungnya.
Kekalahannya dalam Pilwapres itu, dikatakan SBY, menjadi awal mula perjalanan dirinya membentuk Partai Demokrat. Adapun dorongan membentuk Partai Demokrat itu diakui SBY datang dari Ventje Rumangkang.
“Yang intinya (Ventje mengatakan) ‘Bapak, mengapa kita tidak mendirikan partai politik, karena kemarin Pak SBY kalah dalam pemilihan wakil presiden yang dipilih oleh MPR RI, saya kalah, saya pernah kalah dan kalah itu indah,” jelas Presiden RI ke-6 (2004-2009 dan 2009-2014) itu.
“Saya masih belum tergerak, tetapi Ventje Rumangkang (mengatakan) ‘tolong Bapak pertimbangkan pak, ini kan sarana perjuangan dalam demokrasi kan mesti ada partai politik,” sambung dia.
Namun, saat itu SBY masih belum tergerak sampai akhirnya berkonsultasi dengan almarhumah sang istri, Ani Yudhoyono. Saat itu, Ani meminta SBY untuk berpikir secara matang terkait keputusan mendirikan partai.
"Akhirnya bismillah saya setuju dan sejak saat itu, kami hanya bertiga, kadang-kadang berdua, saya dengan Ibu Ani, mulai memikirkan partai ini. Di meja sebelah, itu lah diskusi kami, setelah saya pertimbangkan, partai kita nanti akan kita namakan Partai Demokrat," pungkas SBY.
Halaman Selanjutnya
“Saya masih belum tergerak, tetapi Ventje Rumangkang (mengatakan) ‘tolong Bapak pertimbangkan pak, ini kan sarana perjuangan dalam demokrasi kan mesti ada partai politik,” sambung dia.