Sebanyak 100 Balita Pengonsumsi Kental Manis jadi Sasaran Penelitian, Apa Hasilnya?

3 hours ago 1

Rabu, 12 Februari 2025 - 12:29 WIB

Jakarta, VIVA – Penggunaan kental manis sebagai pengganti susu ternyata masih dilakukan oleh sejumlah orang tua. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan Pengurus Daerah Aisyiyah (PD) Kab. Bogor dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) di awal Februari 2025 ini. 

Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor ini bertujuan untuk melihat dampak kesehatan konsumsi kental manis terhadap tumbuh kembang anak-anak. Hasilnya, sebanyak 100 balita yang mengkonsumsi kental manis sebagai susu. Scroll lebih lanjut ya.

Dalam pembekalan penelitian yang dilakukan di locus penelitian pada 3 Pebruari 2025,  Koordinator Penelitian Majelis Kesehatan PDA Kab Bogor, Lina Marlina mengatakan kegiatan tersebut merupakan bentuk tindak lanjut edukasi, sosialisasi dan temuan tentang kesalahan penggunaan kental manis sebagai minuman susu untuk anak dalam beberapa tahun terakhir ini. 

“Dari total jumlah responden tersebut (100 balita), mereka mengkonsumsi konsumsi kental manisnya bervariasi, mulai dari yang sesekali mengonsumsi kental manis hingga yang sering. Ada di antara anak itu memang yang benar-benar minum sebagai susu, ada yang memang sewaktu waktu gitu, ada yang memang satu pekan sekali,” kata Lina dalam keterangannya. 

Meski hanya menyasar 100 balita, menurut Lina tidak menutup kemungkinan masih banyak balita yang tidak terekam dari penelitiannya. Sebab, pemetaan target responden tersebut memang sudah berdasarkan pendataan awal oleh kader. 

Sementara untuk penentuan locus penelitian, disebabkan memang berbagai faktor, diantaranya fakta kebiasaan konsumsi kental manis serta minimnya edukasi masyarakat akan gizi keluarga. 

Hal lain yang menjadi kekhawatiran Lina adalah desa-desa di Pamijahan adalah salah satu wilayah sasaran bantuan sosial. Hanya saja, bantuan-bantuan tersebut juga kerap menyertakan kental manis. Praktik tersebut, bila dibiarkan dapat melanggengkan kesalahan persepsi penggunaan kental manis oleh masyarakat. 

Ilustrasi susu kental manis.

Photo :

  • Freepik/azerbaijan_stockers

Sebagaimana diketahui, berdasar Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 20 Tahun 2021 atas perubahan Per BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang label pangan olahan menyebut kental manis tidak untuk menggantikan ASI. Kental manis juga tidak cocok untuk bayi sampai 12 bulan, serta tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi. 

Pasalnya, kental manis mengandung banyak gula yang tidak baik untuk tubuh terlebih jika dikonsumsi secara berlebih. Data Singapore Food Database menyebut terdapat sekitar 50g gula dalam 100ml kental manis, yang berarti 30ml kental manis mengandung lebih dari 15 gram gula. Berbagai dampak kesehatan pun bisa terjadi jika mengonsumsi kental manis berlebihan termasuk soal obesitas. 

Minuman yang mengandung gula tinggi termasuk kental manis akan membuat anak lebih banyak mengonsumsi kalori daripada yang dibutuhkan. Sebab, gula sangat cepat diproses oleh tubuh sehingga membuat anak lebih mudah lapar. Alhasil risiko obesitas pada anak meningkat.

Selain itu, Konsumsi kental manis berlebih pada anak-anak dapat berpotensi menyebabkan resistensi insulin. Jika anak sampai obesitas akibat kental manis, kemungkinan mengalami resistensi insulin semakin besar.

Halaman Selanjutnya

Hal lain yang menjadi kekhawatiran Lina adalah desa-desa di Pamijahan adalah salah satu wilayah sasaran bantuan sosial. Hanya saja, bantuan-bantuan tersebut juga kerap menyertakan kental manis. Praktik tersebut, bila dibiarkan dapat melanggengkan kesalahan persepsi penggunaan kental manis oleh masyarakat. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |