Kamis, 29 Mei 2025 - 20:08 WIB
Manchester, VIVA – Dua tim dari belahan dunia yang berbeda, namun disatukan oleh singkatan yang sama: MU. Musim 2024/2025 menjadi babak yang cukup kelam bagi Manchester United di Premier League dan Madura United di Liga 1 Indonesia.
Tak hanya memiliki inisial yang identik, kedua tim ini juga menutup musim dengan nasib yang serupa: finis di peringkat ke-15 klasemen akhir liga masing-masing.
MU Inggris: Musim yang Melenceng dari Ekspektasi
Manchester United tembus final Liga Europa 2024/25
Photo :
- AP Photo/Dave Thompson
Bagi Manchester United, peringkat ke-15 di Premier League adalah hasil yang jauh dari harapan dan sejarah klub. Klub yang telah 20 kali menjuarai liga Inggris itu kini tampak kehilangan arah.
Penampilan inkonsisten, krisis cedera, serta taktik yang tak kunjung menemukan bentuk ideal, membuat Setan Merah terjerembab ke papan bawah.
Meskipun sempat menunjukkan momen kebangkitan di beberapa laga penting, MU Inggris tampak kehilangan taring di pertandingan-pertandingan krusial.
Kegagalan menembus kompetisi Eropa musim depan menjadi pukulan telak bagi fans di seluruh dunia. Ini menandai salah satu musim terburuk mereka dalam era Premier League.
MU Indonesia: Jatuh Setelah Hampir Terbang
Sementara itu, Madura United di Liga 1 Indonesia juga harus menelan pil pahit yang serupa. Setelah sempat menjadi kuda hitam di beberapa musim terakhir dan bahkan menembus final Championship Series musim lalu, Laskar Sapeh Kerrab harus puas finis di posisi ke-15—hanya beberapa strip dari zona degradasi.
Penurunan performa Madura United disinyalir karena beberapa faktor: pergantian pelatih di tengah musim, kurangnya konsistensi lini belakang, serta mandulnya lini depan yang sebelumnya menjadi kekuatan utama mereka.
Hasil ini mengejutkan banyak pengamat sepak bola nasional yang sebelumnya menjagokan Madura sebagai salah satu kontestan papan atas.
Singkatan Sama, Nasib Sama
Fenomena ini menimbulkan ironi tersendiri. Dua klub berbeda benua, dengan level dan latar belakang yang jauh berbeda, namun mengalami nasib yang serupa: jatuh ke posisi ke-15 setelah musim penuh gejolak. Para penggemar masing-masing tim pun sama-sama harus menerima kenyataan pahit musim ini.
Mungkin ini hanyalah kebetulan semata. Namun, kisah "MU kembar senasib" ini menjadi catatan menarik bahwa dalam sepak bola, nama besar, sejarah panjang, atau harapan tinggi tak selalu menjamin prestasi di lapangan. Kadang, bola memang bundar bagi siapa pun—entah di Old Trafford atau di Stadion Gelora Bangkalan.
Halaman Selanjutnya
Meskipun sempat menunjukkan momen kebangkitan di beberapa laga penting, MU Inggris tampak kehilangan taring di pertandingan-pertandingan krusial.