Jakarta, VIVA – Menjadi kaya bukan hanya soal menghasilkan banyak uang, tapi juga soal pintar menjaga dan mengelolanya. Orang-orang kaya sejati tahu bahwa kekayaan bukan hanya soal apa yang mereka beli, tapi lebih sering tentang apa yang mereka hindari.
Banyak orang bermimpi hidup mewah, namun orang kaya justru membuat keputusan pembelian berdasarkan perhitungan cermat, mempertimbangkan penurunan nilai barang, biaya kesempatan, hingga potensi keuntungan di masa depan. Apa saja pengeluaran yang mereka hindari? Ini dia lima jenis pembelian yang biasanya mereka jauhi, melansir dari New Trader U.
1. Lotre dan Judi
Banyak orang menghabiskan banyak uang untuk membeli tiket lotre, padahal peluang memenangkan jackpot Powerball sangat kecil. Orang kaya memahami konsep "expected value" atau nilai harapan, yaitu rata-rata hasil dari semua kemungkinan. Untuk lotre, hasil rata-ratanya selalu negatif. Artinya, setiap uang yang dibelanjakan kemungkinan besar akan hilang.
Daripada menghamburkan uang di lotre atau judi, orang kaya lebih memilih menginvestasikan uang itu ke dalam aset seperti reksa dana yang stabil. Mereka mungkin sesekali berjudi hanya untuk hiburan, tapi tidak pernah menganggapnya sebagai jalan cepat menjadi kaya.
2. Barang Mewah yang Cepat Turun Nilai
Pakaian desainer biasanya kehilangan 50-80% nilainya begitu keluar dari toko. Tas bermerek pun sering menyusut 20-30% nilainya setiap tahun. Orang kaya biasanya lebih bijak, mereka menghitung "biaya per pemakaian." Misalnya, gaun seharga Rp30 juta yang hanya dipakai sekali jelas lebih boros daripada jas Rp7 juta yang dipakai 100 kali. Mereka lebih suka membeli barang berkualitas tinggi yang tahan lama, bukan sekadar barang bermerek untuk pamer. Fokus mereka adalah nilai jangka panjang, bukan gengsi sesaat.
Ilustrasi kabin mobil mewah New Toyota Vellfire
Photo :
- screenshot Instagram ToyotaID
3. Mobil Mewah Baru
Mobil mewah baru biasanya kehilangan 20-30% nilainya hanya dalam satu tahun. Mobil seharga Rp1,5 miliar, lima tahun kemudian bisa tinggal Rp600 juta nilainya. Orang kaya memperhitungkan semua biaya, depresiasi, asuransi, perawatan, dan bunga pinjaman. Karena itu, mereka sering membeli mobil mewah bekas yang usianya 2-3 tahun untuk menghindari penurunan nilai terbesar. Mereka paham bahwa kendaraan adalah alat transportasi, bukan investasi.
4. Timeshare dan Rumah Liburan
Timeshare atau hak pakai properti liburan biasanya butuh biaya awal besar plus iuran tahunan yang terus naik. Jika dihitung, biaya totalnya seringkali jauh lebih mahal dibanding menyewa penginapan saat liburan. Selain itu, timeshare sangat sulit dijual kembali. Nilainya bisa anjlok hanya jadi 10-30% dari harga beli. Karena itu, orang kaya lebih memilih menyewa villa premium atau membeli properti liburan di lokasi yang punya potensi kenaikan nilai.
5. Investasi Tren Sesaat
Sejarah membuktikan bahwa tren investasi tanpa dasar kuat, seperti dot-com bubble atau lonjakan Bitcoin, bisa ambruk drastis. Banyak orang kehilangan harta karena tergoda janji keuntungan besar. Orang kaya memilih berinvestasi berdasarkan analisis fundamental, bukan karena ikut-ikutan. Mereka lebih fokus membangun portofolio beragam yang terbukti stabil di berbagai kondisi ekonomi. Mereka tahu bahwa menjaga modal lebih penting daripada mengejar keuntungan cepat. Karena, kalau uang berkurang 50%, butuh kenaikan 100% untuk sekadar balik modal.
Orang kaya sejati membuat keputusan keuangan berdasarkan logika dan perhitungan, bukan emosi. Mereka tahu kapan harus menikmati hidup, namun tetap berhitung agar uang mereka terus berkembang. Kalau kita mau mengikuti jejak mereka, rahasianya sederhana, gunakan akal sehat dan pertimbangkan baik-baik setiap rupiah yang dikeluarkan.
Halaman Selanjutnya
Pakaian desainer biasanya kehilangan 50-80% nilainya begitu keluar dari toko. Tas bermerek pun sering menyusut 20-30% nilainya setiap tahun. Orang kaya biasanya lebih bijak, mereka menghitung "biaya per pemakaian." Misalnya, gaun seharga Rp30 juta yang hanya dipakai sekali jelas lebih boros daripada jas Rp7 juta yang dipakai 100 kali. Mereka lebih suka membeli barang berkualitas tinggi yang tahan lama, bukan sekadar barang bermerek untuk pamer. Fokus mereka adalah nilai jangka panjang, bukan gengsi sesaat.