Hasan Nasbi Mundur dari PCO, Ini Ucapan Kontroversialnya soal Teror Kepala Babi ke Tempo

5 hours ago 3

Selasa, 29 April 2025 - 14:53 WIB

Jakarta, VIVA – Hasan Nasbi secara resmi menyatakan pengunduran dirinya dari jabatan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) pada hari Selasa, 29 April 2025. Spekulasi yang berkembang, mundurnya Hasan Nasbi dari Kepala PCO disebabkan karena pernyataan kontroversialnya soal teror kepala babi ke wartawan Tempo.

Ketika ditanya awak media mengenai teror tersebut, dengan santai Hasan Nasbi menjawab, “Sudah dimasak saja, dimasak saja," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat pada Jumat, 21 Maret 2025.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi

Dia memberikan klarifikasi bahwa pernyataan tersebut justru mencerminkan sikap jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana alias Cica, yang menanggapi teror tersebut dengan santai.

"Padahal kan saya mengutip dari X-nya Francisca, wartawati yang dikirimi kepala babi itu. Saya tuh sebenernya jarang sepakat sama Tempo lho, ya tapi saya setuju dengan cara Francisca merespons itu. Saya justru setuju dengan cara dia merespons kiriman kepala babi itu, itu kan cara yang sudah tua, cara-cara sudah lama, dan dengan dia merespons gitu buat saya respons yang bagus," kata Hasan.

Usai memberikan respons nyeleneh, Hasan langsung menuai sejumlah kritikan. Bahkan, Presiden Prabowo sampai harus menegur Hasan Nasbi karena ucapannya itu.

Ucapan Hasan Nasbi dianggap tidak menunjukkan empati terhadap korban dan dinilai meremehkan seriusnya ancaman terhadap kebebasan pers.

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, turut menanggapi pernyataan tersebut. Ia menyatakan bahwa komentar Hasan dapat dipersepsikan sebagai upaya menormalisasi kekerasan simbolik, yang justru dapat membahayakan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi.

Menurutnya, tindakan teror semacam ini seharusnya ditanggapi secara serius, bukan dengan candaan yang tidak pada tempatnya.

“Penyepelean terhadap harkat hidup manusia. Anggaplah babi bisa dikonsumsi oleh kalangan tertentu. Tapi dalam situasi ini, babi disembelih bukan dalam konteks konsumsi. Kepentingan penyembelihan adalah ekspresi kemarahan sekaligus intimidasi terhadap pihak penerima kepala babi,” ujar Reza

Psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel

Photo :

  • VIVA/Galih Purnama

Kritik juga datang dari kalangan legislatif. Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Andreas Hugo Pareira, menilai pernyataan Hasan Nasbi sebagai bentuk arogansi kekuasaan yang tidak pantas diucapkan oleh seorang pejabat publik. Ia menegaskan bahwa negara seharusnya hadir memberikan rasa aman kepada jurnalis, bukan justru memperkeruh suasana melalui pernyataan yang provokatif.

Koalisi Masyarakat Sipil, yang terdiri dari sejumlah organisasi seperti Centra Initiative, Imparsial, dan ELSAM, menyampaikan kecaman keras terhadap sikap Hasan Nasbi. Dalam pernyataan tertulisnya, koalisi tersebut menyebut pernyataan Hasan sebagai bentuk penghinaan terhadap kebebasan pers, serta mencerminkan rendahnya komitmen pemerintah dalam melindungi ruang demokrasi dan hak sipil masyarakat.

Menanggapi kecaman publik, Hasan Nasbi memberikan klarifikasi bahwa pernyataannya tidak dimaksudkan untuk meremehkan media atau korban teror. Ia menyatakan bahwa komentarnya bertujuan untuk menunjukkan bahwa sikap tidak takut merupakan respons terbaik terhadap teror, dengan mengacu pada sikap tenang dan bersahaja dari wartawan yang menjadi korban.

Teror kepala babi ke Jurnalis Tempo

Sementara itu, Dewan Pers mengeluarkan pernyataan resmi yang mengutuk keras tindakan teror tersebut. Mereka menilai pengiriman kepala babi merupakan bentuk intimidasi yang sangat serius dan tidak dapat ditoleransi. Dewan Pers mendorong aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas pelaku dan memastikan jurnalis terlindungi dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.

Kontroversi yang muncul dari pernyataan Hasan Nasbi memperlihatkan pentingnya sensitivitas dan tanggung jawab dalam komunikasi publik, khususnya oleh pejabat negara. Di tengah ancaman nyata terhadap kebebasan pers, diperlukan keteladanan dalam bersikap, agar ruang demokrasi tetap terjaga dan jurnalis dapat bekerja tanpa rasa takut dan tekanan.

Halaman Selanjutnya

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, turut menanggapi pernyataan tersebut. Ia menyatakan bahwa komentar Hasan dapat dipersepsikan sebagai upaya menormalisasi kekerasan simbolik, yang justru dapat membahayakan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |